GOWA, KOMPAS.TV - Ahli psikologi forensik Reza Indragiri turut menyoroti soal kasus orang tua yang tega mencungkil mata anak perempuannya berinisial AP (6) demi ritual pesugihan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Reza menuturkan aksi penganiyaan itu dapat menimbulkan trauma berat bagi sang anak dalam jangka waktu yang panjang.
Di mana trauma korban bisa terjadi dari dampak kesakitan yang dirasakan pada fisiknya serta psikis yang dialaminya.
Reza kemudian menuturkan terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan secara komperhensif untuk menangani trauma yang terjadi pada AP.
Pertama, kata dia, mulai dari intervensi di aspek fisiknya terlebih dahulu yakni bagaimana kemudian mata anak tersebut bisa dipulihkan.
Kedua, secara berangsur-angsur harus dilakukan penanganan secara psikologis untuk memulihkan kondisi korban.
"Ini catatan penting, bagi pihak kepolisian, ini saya apresiasi banyaknya yang menjaga korban, tetapi akan semakin baik apabila mereka tidak mengenakan seragam," kata Reza dalam acara Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Selasa (7/9/2021).
Baca Juga: Kekerasan Anak di Gowa, Polisi Periksa 5 Orang Saksi
Mengingat, lanjut dia, AP masih berusia enam tahun dan seragam yang serba atribut Polri itu dinilai bisa memunculkan kesan yang berbeda bagi anak.
Ketiga, Reza menuturkan tahap yang perlu dilakukan yakni yang disebut sebagai intervensi moral eksistensial.
"Bagaimana agar korban untuk waktu yang panjang tidak melulu melihat dirinya sebagai 'saya korban, saya dilukai, saya disakiti, saya dianiaya oleh orangtua sendiri' dengan kata lain dia akan memiliki posisi pandang terhadap dirinya secara lebih positif yang tidak melulu bermula dia sebagai korban," jelasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.