KOMPAS.TV - 30 perempuan Afghanistan menggelar aksi protes di luar Kantor Gubernur Provinsi Herat, Kamis (2/9/2021).
Mereka mendesak agar pemimpin baru Afghanistan memasukkan perempuan ke dalam kabinet.
Para demonstran menuntut bertemu gubernur, namun militer Taliban mencegah, tetapi aksi tidak dibubarkan.
Para pemimpin Taliban saat ini berusaha untuk menampilkan citra yang lebih moderat. Salah satunya soal rencana mengizinkan perempuan dan anak perempuan untuk dapat bersekolah dan bekerja sesuai dengan hukum islam.
Pemimpin Taliban juga akan mengizinkan warga Afghanistan untuk bepergian dengan bebas. Namun banyak warga Afghanistan yang skeptis dengan rencana-rencana ini.
Di hari yang sama, para pekerja kesehatan Afghanistan juga menggelar demonstrasi untuk mendesak masyarakat internasional agar tidak menghentikan bantuan kesehatan bagi negara itu.
Menurut federasi asosiasi medis Afghanistan, bank dunia telah menangguhkan dukungan keuangan untuk penyediaan layanan kesehatan di Afghanistan.
“Mereka seharusnya tidak mempolitisasi sektor kesehatan dan menghentikan bantuan kesehatan. Jutaan warga Afghanistan akan kehilangan layanan kesehatan. Kami akan kehilangan banyak perempuan. Ini mengkhawatirkan semua orang. Saya harap dunia mendengar suara kami dan memperhatikan kesehatan rakyat Afghanistan, terutama perempuan,” kata Ketua Federasi Bidan Afghanistan, Fahima Rahimi.
Bank dunia mengungkapkan keprihatinan atas nasib perempuan dan masa depan Afghanistan setelah Taliban merebut Kabul.
Keputusan bank dunia menangguhkan dukungan dana akan memutus layanan kesehatan di lebih dari 2.000 rumah sakit dan klinik di Afghanistan.
Sekitar 26 ribu staf medis yang 7.500 di antaranya adalah tenaga kesehatan perempuan, akan kehilangan pekerjaan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.