TEL AVIV, KOMPAS.TV - Rencana Amerika Serikat (AS) untuk membuka Konsulat untuk Palestina di Yerusalem ditentang keras oleh Israel.
Menurut Israel rencana tersebut adalah ide buruk dan bisa mengacaukan pemerintahan Perdana Menteri Naftali Bennet.
Pada Pemerintahan Donald Trump, AS memang menunjukkan dukungan terhadap Israel dengan mengakui Yerusalem menjadi Ibu Kota negara Zionis itu.
Namun, Presiden AS saat ini, Joe Biden telah berjanji untuk mengembalikan hubungan AS dengan Palestina, serta solusi dua negara.
Baca Juga: Taliban Merasa Dikhianati Usai Temukan Pesawat Canggih yang Ditinggalkan Militer AS Telah Dirusak
Pada Mei lalu, Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken mengumumkan AS akan membuka kembali konsulat tersebut yang sudah ditutup sejak 2019.
Konsulat yang berlokasi di Yerusalem Timur, sebelumnya berperan sebagai kantor otonom yang mengawasi hubungan diplomatik dengan Palestina.
“Kami berpikir itu ide buruk. Yerusalem adalah Ibu Kota Kedaulatan Israel dan hanya Israel, oleh sebab itu saya pikir itu ide buruk,” kata Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid dikutip dari Al-Jazeera.
“Kami tahu bahwa pemerintahannya (Biden) memiliki cara pandang berbeda, namun karena ini terjadi di Israel, kami yakin mereka akan mendengarkan kami,” ucapnya.
Sementara itu, pejabat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Wasel Abu Youssef mengaku sudah memperkirakan penolakan Israel.
Baca Juga: Presiden Baru Zambia Pusing, Negaranya Bangkrut dan Punya Utang Rp 181 Triliun
“Mereka mencoba mempertahankan status quo dan memblok semua solusi politik,” tuturnya.
Di sisi lain, Juru Bicara Kedutaan Besar AS mengungkapkan rencana pembukaan konsulat tersebut akan tetap dilakukan.
“Seperti yang dikatakan Menlu Blinken pada Mei, AS tetap akan bergerak maju dengan proses membuka kembali konsulat kami di Yerusalem,” ujarnya.
“Kami saat ini tak memiliki informasi tambahan untuk dibagikan,” katanya.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.