WASHINGTON, KOMPAS.TV — Jenderal Angkatan Darat Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat hari Rabu, (01/09/2021) mengungkapkan bahwa “mungkin saja” Amerika Serikat akan berkoordinasi dengan Taliban dalam serangan kontraterorisme di Afghanistan terhadap militan Negara Islam ISIS atau kelompok teroris lainnya, seperti dilansir Associated Press, Kamis, (02/09/2021).
Jenderal Milley tidak merinci keterangannya, dan tampaknya tidak memberi indikasi adanya rencana yang bersifat segera untuk bekerja sama dengan kelompok Taliban setelah mereka memerintah Afghanistan.
Komandan militer Amerika Serikat setiap hari berkoordinasi dengan komandan Taliban di luar bandara Kabul selama tiga minggu terakhir untuk memfasilitasi evakuasi lebih dari 124.000 orang.
Namun, koordinasi harian itu jelas berdasarkan kepentingan masing-masing yang kebetulan sejalan bagi kedua belah pihak, dan belum tentu merupakan tanda bahwa mereka akan mengejar, atau bahkan menginginkan, hubungan reguler di masa depan.
Militer Amerika Serikat menggulingkan Taliban dari kekuasaan pada musim gugur 2001 dan berperang melawan mereka selama 19 tahun berikutnya.
Luas dan sifat hubungan Amerika Serikat dan Taliban, sekarang setelah perang berakhir, adalah salah satu masalah utama yang harus diselesaikan.
Kehadiran diplomatik Amerika Serikat di Kabul sudah dipindahkan ke Doha, Qatar.
Baca Juga: Qatar Peringatkan Dunia, Mengisolasi Taliban Bisa Makin Guncang Afghanistan
Presiden Joe Biden juga mengungkapkan dalam pidato resminya bahwa Taliban adalah musuh bebuyutan Kelompok Negara Islam ISIS di Afghanistan, seraya menunjukkan persamaan kepentingan dengan Amerika Serikat.
Pada konferensi pers Menteri Pertahanan Lloyd Austin di Pentagon, Milley menyebut Taliban adalah kelompok yang “kejam” namun mengatakan, “Apakah mereka berubah atau tidak masih harus dilihat.”
Milley menekankan, kerjasama baru-baru ini dengan Taliban di bandara Kabul belum tentu menjadi model untuk kerja sama di masa depan.
“Dalam sebuah peperangan, Anda harus melakukan apa yang harus Anda lakukan untuk mengurangi risiko terhadap misi dan pasukan, bukan melakukan apa yang ingin Anda lakukan,” kata Milley.
Memburu militan Negara Islam ISIS atau kelompok ekstremis lainnya, seperti al-Qaeda, akan lebih sulit tanpa pasukan di lapangan, ditambah tidak adanya pasokan data intelijen dari negara bersahabat di lokasi keberadaan kelompok teroris tersebut.
Tetapi pemerintahan Biden menegaskan mereka dapat menahan kelompok-kelompok ini dengan menyerang menggunakan aset yang berbasis di tempat lain di wilayah tersebut.
Meskipun Taliban menentang IS, sama sekali belum jelas apakah mereka akan cenderung bekerja sama dengan militer Amerika Serikat atau CIA setelah mereka mendapatkan kembali kekuasaan di Kabul.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.