KABUL, KOMPAS.TV - Warga Afghanistan berkumpul di luar bank di Kabul untuk menarik uang setelah Taliban membatasi penarikan dana.
Pada Sabtu (28/8/2021) lalu, Taliban memerintahkan bank-bank untuk kembali beroperasi dan menerapkan batas penarikan uang sebesar 20.000 Afghani atau sekitar Rp3,3 juta.
Seorang warga Kabul, Shah Agha, berharap pembukaan bank akan membuka kembali lapangan pekerjaan bagi rakyat.
“Situasi pekerjaan nol karena bank dan pasar tutup. Kami menyerukan kepada Emirat Islam untuk membangun perekonomian Afghanistan sesegera mungkin,” ujarnya seperti dilansir media lokal, Ariana News.
Sementara itu, juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, mengatakan pejabat-pejabat yang akan mengoperasikan institusi-institusi penting termasuk kementerian kesehatan, pendidikan, dan bank sentral, telah ditunjuk.
Dia berharap guncangan ekonomi yang menghantam mata uang Afghani akan mereda.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Gabungan, Guru Pria Juga Tak Boleh Mengajar Murid Perempuan
Harga-harga kebutuhan pokok di Afghanistan seperti tepung, minyak, dan beras melonjak. Di sisi lain, nilai mata uang setempat justru merosot hingga membuat tempat-tempat penukaran mata uang di Pakistan, negara tetangga Afghanistan, menolak mata uang Afghani.
Pada hari yang sama, terjadi unjuk rasa di depan kantor Médecins Sans Frontières (MSF) atau Doctors Without Borders di Kabul. Unjuk rasa dilakukan oleh sejumlah dokter dan tenaga medis yang dikontrak oleh MSF.
Mereka meminta masyarakat internasional terutama pejabat-pejabat MSF untuk menyediakan suaka dan tidak meninggalkan mereka begitu saja.
“Kami telah bekerja dengan orang-orang asing bertahun-tahun dan menjalankan proyek-proyek kesehatan dan merawat orang sakit dan terluka, saat kami sendiri berada di tengah keputusasaan. Kami menyerukan kepada para pejabat MSF dan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan dengan mengevakuasi kami dari Afghanistan,” ujar Mirwais Haidari, seorang dokter kepada Ariana News.
Baca Juga: Taliban Kecam ISIS-K: Tak Ada Maaf untuk Kelompok yang Membunuh Memakai Nama Islam
“Dengan perkembangan yang terjadi, proyek-proyek kerja kami berhenti, dan kami berada dalam ketidakpastian. Kami meminta dokter-dokter dan tenaga kesehatan yang telah bekerja dengan orang-orang asing untuk dipindahkan dari Afghanistan, dan kami meminta suaka,” ujar dokter lainnya, Mohammad Zahir Tahir.
Sumber : Ariana News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.