KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Kelompok Taliban menyatakan berhasil menangkap enam personel Negara Islam di Irak dan Suriah ISIS, yang dikenal sebagai Negara Islam Khorasan (IS-K), yaitu empat warga Afghanistan dan dua orang warga Malaysia.
The Times Inggris mengutip Kepala Keamanan Taliban Maulawi Saifullah Mohammad yang mengatakan bahwa enam milisi itu ditahan setelah baku tembak sengit di sisi barat Kabul hari Kamis malam (26/8/2021).
"Empat orang Afghanistan tetapi tampaknya dua lainnya adalah orang Malaysia," kata Maulawi Saifullah Mohammad seperti dilansir The Times, Sabtu (28/8/2021).
"Mereka tidak sekuat yang mereka kira. Kami baru saja mengalahkan tentara dari 36 negara NATO sehingga kami tahu kami dapat menangkap dan membunuh ISIS di mana pun kami menemukan mereka," katanya.
Namun, laporan itu tidak mengidentifikasi identitas dua warga Malaysia yang ditangkap Taliban.
Pertempuran antara personel Taliban dan Kelompok Negara Islam Khorasan atau IS-K berkecamuk di Kabul menyusul serangan bunuh diri di bandara Kabul yang menewaskan 200 orang, termasuk 13 tentara Amerika Serikat (AS).
Sama seperti AS, kelompok Taliban menyatakan perang terhadap kelompok Negara Islam Khorasan, bahkan sejak tahun 2015.
Negara Islam Khurasan atau IS-K bertujuan mendirikan kekhalifahan Islam di tempat yang dulu dikenal sebagai wilayah Khorasan, yang terdiri dari Iran timur laut saat ini, sebagian Afghanistan dan beberapa bagian Asia Tengah.
IS-K aktif di Asia Selatan dan Tengah.
Baca Juga: ISKP, ISIS Afiliasi Afghanistan Jadi Tersangka Utama Pelaku Bom Bunuh Diri di Luar Bandara Kabul
Afiliasi ISIS di Asia Tengah itu bermunculan dalam beberapa bulan setelah pasukan inti kelompok itu menyapu Suriah dan Irak, mengukir kekhalifahan gadungan, atau kerajaan Islam, pada musim panas 2014.
Afiliasi ISIS di Afghanistan ini mengambil namanya dari Provinsi Khorasan, sebuah wilayah yang mencakup sebagian besar Afghanistan, Iran dan Asia Tengah pada Abad Pertengahan.
Kelompok itu dimulai dari ratusan personel pasukan Taliban Pakistan, yang berlindung di seberang perbatasan di Afghanistan setelah operasi militer mengusir mereka dari negara asalnya.
Ekstremis lain yang berpikiran sama bergabung dengan mereka di sana, termasuk para personel Taliban Afghanistan yang tidak puas dengan apa yang mereka lihat sebagai cara Taliban yang terlalu moderat dan damai.
Ketika Taliban mengejar pembicaraan damai dengan AS di Qatar dalam beberapa tahun terakhir, anggota Taliban yang tidak puas semakin pindah ke Negara Islam yang lebih ekstremis, membuat jumlah mereka makin membengkak.
Sebagian besar frustrasi karena Taliban sedang melakukan negosiasi dengan AS pada saat mereka mengira gerakan itu sedang dalam perjalanan menuju kemenangan militer.
Kelompok ini juga menarik kader yang signifikan dari Gerakan Islam Uzbekistan, dari negara tetangga; pasukan dari satu-satunya provinsi mayoritas Muslim Sunni Iran; dan anggota Partai Islam Turkistan yang terdiri dari orang-orang Uighur dari timur laut China.
Banyak yang tertarik dengan ideologi kekerasan dan ekstrem ISIS, termasuk janji-janji kekhalifahan untuk menyatukan dunia Islam, tujuan yang tidak pernah didukung oleh Taliban.
Sumber : The Times/The Star
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.