WASHINGTON, KOMPAS.TV - Seperti banyak cerita spionase internasional, semua ini bermula di Havana, ibu kota Kuba, negara komunis di lepas pantai Amerika Serikat (AS) yang telah lama mengganggu Washington.
Di situlah, mulai tahun 2016, petugas CIA dan pegawai Departemen Luar Negeri - setidaknya 26 orang di antaranya, pertama kali melaporkan sensasi aneh di kepala mereka.
Sensasi itu seperti sinar tak terlihat, kata beberapa orang. Mereka melemahkan dan melumpuhkan. Banyak yang menderita sakit kepala, vertigo atau masalah penglihatan.
Beberapa orang melaporkan "suara yang tajam mengiris masuk ke kepala". Namun mereka mampu "masuk" dan "keluar" dari sensasi ini bila secara fisik pergi ke tempat lain. Hal itu menyiratkan adanya faktor eksternal yang terlibat, atau ada sumbernya.
Sensasi itu kemudian menyebar, terutama ke Wina, Austria, pusat mata-mata era Perang Dingin baru-baru ini bulan lalu. Tetapi fakta bahwa sensasi itu dimulai di Havana membuatnya diberi nama sindrom Havana.
Diduga, sindrom Havana mempengaruhi dua diplomat AS di Hanoi, pada malam perjalanan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke Vietnam minggu ini, yang menunda keberangkatannya dari Singapura.
Para pejabat AS dengan cerdik menanggapi. Pada konferensi pers harian Gedung Putih pada hari Selasa (24/08/2021), Sekretaris Pers Jen Psaki menjawab pertanyaan dengan rumusan, "Kami, tentu saja, menganggap serius setiap insiden sindrom Havana yang dilaporkan. Sementara ini peristiwa itu belum menjadi kasus yang dikonfirmasi pada saat ini. Kami menanggapi setiap insiden yang dilaporkan... dengan cukup serius".
Baca Juga: Direktur CIA Diam-Diam Temui Pemimpin Taliban di Kabul
Psaki menambahkan, "Akibatnya, ada penilaian yang dilakukan terhadap keselamatan Wakil Presiden, dan ada keputusan yang dibuat bahwa dia dapat melanjutkan perjalanan bersama stafnya."
Kasus sindrom Havana telah dilaporkan oleh diplomat AS di Rusia, Cina dan di tempat lain. Pada bulan April, komite Senat mengatakan, jumlah kasus sindrom Havana tampaknya makin meningkat.
Ada laporan yang menyebut dua insiden terpisah terjadi di dekat Gedung Putih pada akhir 2020 yang menyerang staf Dewan Keamanan Nasional (NSC).
Seorang pejabat NSC sedang berjalan melalui gerbang kosong di Gedung Putih ketika orang itu mulai menunjukkan gejala, kata seorang sumber kepada CNN.
Beberapa minggu kemudian, seorang pejabat lain berada di dekat pintu masuk Gedung Putih ketika ia kemudian menunjukkan gejala yang lebih parah. Petugas medis pun segera dikontak.
Belum ada jawaban pasti tentang apa yang memicu sindrom Havana. Tetapi bahwa sindrom tersebut diyakini nyata, tidak diragukan lagi.
Sumber : The Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.