KABUL, KOMPAS.TV - Seorang jenderal militer Amerika Serikat yang memimpin seluruh operasi evakuasi di Bandara Kabul Afghanistan mengatakan pada Senin (23/08/2021) waktu AS, sudah ada 3 perempuan yang lahir di tengah penerbangan dari bandara Kabul yang ricuh, sejak pekan lalu Taliban berkuasa.
"Data terakhir saya ada 3 (perempuan melahirkan)," kata jenderal bintang 4 Stephen Lyons pada konferensi pers di Pentagon, seperti dilansir dari New York Post pada Senin (23/08/2021).
Jenderal Lyons adalah komandan Komando Transportasi AS, tokoh sentral dalam seluruh penerbangan militer dari Bandara Kabul Afghanistan. Dia tidak memberikan rincian tambahan tentang kelahiran mereka yang dievakuasi dari Kabul, Afghanistan.
Lyons mengungkapkan sejak 14 Agustus 48.000 orang berhasil dibawa keluar dari Afghanistan, di mana 10.900 orang di antaranya diterbangkan dalam periode 12 jam pada Senin (23/08/2021) dari bandara Kabul.
Sebagian besar orang dievakuasi keluar Kabul adalah warga Afghanistan yang takut dengan gerakan militan Taliban yang menduduki seluruh negeri.
Baca Juga: Taliban Tolak Perpanjangan Waktu Evakuasi di Bandara Kabul, Amerika Serikat Kebut Penerbangan
Seorang pejabat Pentagon mengatakan kepada The New York Post hari Senin (23/08/2021) sudah hampir 4.000 warga Amerika Serikat yang telah diterbangkan dari Afghanistan.
“Kami tidak memiliki petugas medis di setiap penerbangan,” kata Lyons menanggapi pertanyaan terkait perempuan melahirkan saat berlangsung di bandara Kabul.
“Sangat menarik, saya sangat menghargai berita yang melaporkan bayi yang lahir saat penerbangan masuk ke (pangkalan udara) Ramstein. Faktanya, sebenarnya ada lebih dari itu,” ucapnya.
Hari Minggu (22/08/2021), seorang perempuan Afghanistan melahirkan seorang bayi perempuan di atas penerbangan evakuasi dan mendarat di Pangkalan Udara Ramstein Jerman.
"Kapten pilot memutuskan turun dari ketinggian untuk meningkatkan tekanan udara di pesawat, agar bisa membantu menstabilkan dan menyelamatkan nyawa ibu melahirkan," kata militer Amerika Serikat.
Sumber : Kompas TV/New York Post/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.