Oleh: Anton Alifandi, mantan wartawan tinggal di London
Tentu saja yang saya maksud dengan judul di atas bukan sembarang orang, tapi warga yang menyewakan rumah mereka lewat Airbnb atau situs penginapan sejenisnya.
Awalnya saya dan istri memilih Airbnb karena lebih murah daripada menginap di hotel.
Sekarang, setelah belasan kali menginap di rumah warga, kami jarang sekali tinggal di hotel.
Dengan menginap di rumah warga, kami bisa ngobrol dan bertukar pikiran dengan sang pemilik rumah. Suatu hal yang mustahil terjadi bila kita menginap di hotel.
Kami tinggal di Inggris dan baru saja pulang dari berlibur di Wales selama lima hari; menginap di dua lokasi.
Pertama kami menginap di rumah seorang ibu tunggal di sebuah kampung di pinggir sebuah desa di Carmarthenshire, Wales selatan.
Lokasinya terpencil. Jalannya hanya cukup untuk satu mobil, sehingga bila berpapasan dengan kendaraan lain, salah satu harus mengalah.
Rumahnya kami pilih karena bentuknya yang menarik; terbuat dari batu, bekas kandang sapi yang diubah menjadi rumah modern dengan empat kamar tidur.
Meski bangunannya kuno, interior dan fasilitasnya sudah memasuki abad ke-21.
Wifi-nya cepat dan pemanas ruangannya dipasang di bawah lantai. Pemanas kayu pun juga ada.
Perpaduan pas antara karakter bangunan lama dan teknologi mutakhir.
Pengalaman kami selama ini, menginap di pelosok pedesaan tak mesti mengorbankan akses terhadap teknologi informasi.
Baca Juga: 7 Obyek Wisata di Yogyakarta yang Menyediakan Virtual Tour, Alternatif Liburan saat Pandemi Covid-19
Obrolan yang Berkesan
Yang lebih berkesan lagi bagi kami dengan menginap di rumah pribadi adalah percakapan dengan sang pemilik, Rebecca.
Dia bekerja di sebuah rumah lelang barang antik di kota terdekat dan sudah menetap di Carmarthenshire sejak berumur tujuh tahun, ketika ibunya pindah dari Inggris Tengah.
Kami bercerita bahwa kami berasal dari Indonesia; Rebecca bercerita dia dulu berbulan madu di Malaysia.
Percakapan ini berlangsung di dapurnya yang luas sambil dia menyiapkan sarapan untuk kami, pancake ala Finlandia yang disajikan dengan strawberry, raspberry, dan blueberry yang dicampur dengan yoghurt.
Rasanya menjadi lebih lezat karena khusus dibuat untuk kami.
Penginapan kami berikutnya terletak di perbukitan luas di pinggiran Lampeter, "A little university town," kata Rebecca.
Seperti di Carmarthenshire, tuan dan nyonya rumah, Siriol dan Susan, amat ramah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.