WASHINGTON, KOMPAS.TV - Semakin mencekam situasi Afghanistan membuat Amerika Serikat (AS) memerintahkan penerbangan komersial membantu melakukan evakuasi.
Perintah tersebut dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, Minggu (22/8/2021).
Sejak Taliban kembali menguasai Afghanistan , situasi kian memburuk dengan banyaknya orang yang ingin pergi dari sana.
Pemerintah AS melanjutkan untuk mengevakuasi warganya dan orang Afghanistan yang memiliki visa imigran spesial.
Baca Juga: China Imbau Warganya yang Berada di Afghanistan Menggunakan Pakaian dan Adat Istiadat Islam
Sekitar 17.000 orang telah diterbangkan dari Afghanistan pada sepekan terakhir.
Dikutip dari USA Today, Departemen Pertahanan bertindak di bahwa Tahap I dari Armada Udara Cadangan Sipil (CRAF)
Mereka juga mengkonfirmasikan bahwa pesawat komersial itu tak akan terbang masuk dan keluar dari Kabul.
Menurut pejabat terkait, pesawatr akan memulai evakuasi dari pangkalan di Jerman, Qatar dan Bahrain untuk mengurangi tekanan kepadatan dan kemacetan transportasi.
Penerbangan komersial yang akan melakukan tugas itu adalan American Airlines, Atlas Air, Delta Air, Lines dan Omnni Air, yang akan memberikan tiga pesawat.
Sedangkan Hawaiian Airlines memberikan dua pesawat, sedangkan United Airlines memberikan sebanyak empat pesawat.
“Gambaran dari Afghanistan sangat memilukan. Maskapai sangat bangga dan bersyukur kepada pilot dan pramugari kami, yang akan beroperasi pada perjalanan ini untuk menjadi bagian dari usaha menyelamatkan nyawa,” bunyi pernyataan American Airlines.
Baca Juga: Mengenal Ahmad Massoud, Pemimpin Pejuang Anti-Taliban dan Putra Si Singa Panjshir
Departemen Pertahanan AS pun mengharapkan dampak minimal dari penerbangan komersial.
CRAF sendiri merupakan bagian dari Program Persiapan Darurat Nasional dan didesain untuk membantu Departemen Pertahanan dalam kemampuan pengangkutan pesawat.
Menurut Departemen Pertahanan, ini adalah ketiga kalinya CRAF diaktifkan sepanjang sejarah.
Yang pertama adalah pada Perang Teluk dari Agustus 1990 hingga Mei 1991, dan yang kedua saat operasi pembebasan Irak pada Februari 2002 hingga Juni 2003.
Sumber : USA Today
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.