KABUL, KOMPAS.TV — Juru bicara senior kelompok Taliban, Zabihullah Mujahid hari Selasa, (17/8/2021) berjanji Taliban menghormati hak-hak perempuan, memaafkan mereka yang memerangi mereka dan memastikan Afghanistan tidak menjadi surga bagi teroris.
Melansir Associated Press, Selasa (17/8/2021), seluruh pernyataan itu dibuat sebagai bagian dari upaya untuk meyakinkan kekuatan dunia dan warga Afghanistan yang saat ini ketakutan.
Menyusul serangan kilat Taliban di Afghanistan yang membuat banyak kota jatuh tanpa perlawanan ke tangan kelompok Taliban, kelompok itu berusaha keras menggambarkan diri mereka sebagai lebih moderat daripada ketika mereka memberlakukan bentuk pemerintahan Islam yang ketat pada akhir 1990-an.
Tetapi banyak orang Afghanistan dilaporkan tetap skeptis, sementara ribuan orang berlomba ke bandara Kabul, mencoba untuk keluar dari negara itu.
Generasi yang lebih tua mengingat aturan Taliban sebelumnya, ketika mereka sebagian besar mengurung wanita di rumah, melarang televisi dan musik, dan mengadakan eksekusi di depan umum.
Sebuah invasi pimpinan Amerika Serikat tahun 2001 menjatuhkan Taliban dari kekuasaan beberapa bulan setelah serangan 9/11 yang didalangi kelompok al-Qaida dari Afghanistan saat mereka dibawah perlindungan kelompok Taliban.
Zabihullah Mujahid, juru bicara senior Taliban, muncul dari bayang-bayang kerahasiaan hari Selasa (17/8) di Kota Kabul dalam sebuah konferensi pers, untuk mengatasi berbagai kekhawatiran yang mendominasi dunia.
Dia berjanji Taliban akan menghormati hak-hak perempuan dalam norma-norma hukum Islam, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Taliban juga mendorong perempuan untuk kembali bekerja seperti biasa dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah, sambil membagikan jilbab di pintu sekolah.
Seorang pembawa berita wanita mewawancarai seorang pejabat Taliban pada hari Senin di sebuah studio TV.
Baca Juga: Taliban Mulai Memimpin, Umumkan 'Amnesti' untuk Pejabat Pemerintah Lama dan Ajak Perempuan Bergabung
Perlakuan terhadap perempuan sangat bervariasi di seluruh dunia Muslim dan kadang-kadang bahkan di negara yang sama, dengan daerah pedesaan cenderung jauh lebih konservatif.
Beberapa negara Muslim, termasuk negara tetangga Pakistan, pernah memiliki perdana menteri perempuan, sementara Arab Saudi yang ultrakonservatif hanya baru-baru ini saja mengizinkan perempuan untuk mengemudi.
Zabihullah Mujahid juga mengatakan Taliban tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan sebagai pangkalan untuk menyerang negara lain, seperti pada tahun-tahun sebelum tragedi serangan 9/11 di New York oleh Al-Qaida.
Jaminan itu adalah bagian dari kesepakatan damai 2020 yang dicapai antara Taliban dan pemerintahan Amerika Serikat masa Donald Trump, yang membuka jalan bagi penarikan seluruh tentara Amerika Serikat dari Afghanistan.
Pentagon mengatakan komandan Amerika Serikat berkomunikasi dengan komandan Taliban di Kabul saat mereka bekerja untuk mengevakuasi ribuan orang melalui bandara internasional Kabul.
Dikatakan Taliban tidak melakukan tindakan permusuhan di sana.
Mujahid menegaskan kembali, Taliban menawarkan amnesti penuh kepada warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk Amerika Serikat dan pemerintah yang didukung Barat, dengan mengatakan "tidak ada yang akan pergi ke rumah mereka untuk bertanya mengapa mereka membantu."
Dia mengatakan media swasta harus "tetap independen" tetapi jurnalis "tidak boleh bekerja melawan nilai-nilai nasional."
Kota Kabul terlihat tetap tenang saat Taliban berpatroli di jalan-jalannya.
Tetapi banyak yang tetap ketakutan setelah penjara dan gudang senjata dikosongkan selama serangan pemberontak di seluruh negeri.
Penduduk Kabul mengatakan sekelompok pria bersenjata pergi dari pintu ke pintu mencari orang-orang yang bekerja dengan pemerintah dan pasukan keamanan yang digulingkan, tetapi tidak jelas apakah orang-orang bersenjata itu adalah Taliban atau penjahat yang menyamar sebagai Taliban.
Mujahid menyalahkan gangguan keamanan pada pemerintahan terguling, seraya mengatakan Taliban hanya memasuki Kabul untuk memulihkan hukum dan ketertiban setelah polisi dibubarkan.
Baca Juga: China dan Taliban Afghanistan Memulai Kemesraan Penuh Duri Pasca Amerika Serikat
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.