Kompas TV nasional politik

Refleksi HUT RI ke-76, PKS: Pemimpin Kita Krisis Keteladanan

Kompas.tv - 17 Agustus 2021, 11:05 WIB
refleksi-hut-ri-ke-76-pks-pemimpin-kita-krisis-keteladanan
Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf. (Sumber: Dokumen Humas DPP PKS)
Penulis : Fadel Prayoga | Editor : Iman Firdaus



JAKARTA, KOMPAS TV - DPP PKS menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-76 Republik Indonesia di halaman kantor DPP PKS, Jakarta, Selasa (17/8/2021). Acara diikuti seluruh jajaran pengurus pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting di Indonesia.

Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf sebagai inspektur upacara memberikan amanat dan pesan tentang krisis keteladanan yang saat ini melanda republik.

Mantan Menteri Sosial itu menyebut, para pendiri bangsa telah membuktikan bahwa dengan sikap kenegarawanan dan keteladanan, api perjuangan akan tetap menyala dan semakin berkobar-kobar meski dalam situasi yang paling buruk, gelap dan pesimis sekalipun. 

Baca Juga: Potret Presiden Jokowi Pakai Baju Adat Lampung di HUT ke-76 RI

"Sebagai sebuah bangsa, Indonesia hari ini sedang dihadapkan pada suasana yang mengarah krisis keteladanan. Para pemimpin yang seharusnya bisa dijadikan teladan, justru malah sibuk mengurus diri dan kelompok, serta membuat berbagai tindakan kontroversial dan kontraproduktif. Tentu jika terus terjadi, kondisi ini sangat tidak kondusif untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia," kata Salim dalam memberikan pidato.  

Saat ini, Indonesia telah membuat memasuki tahun kedua pandemi Covid-19, membuat seolah-olah upaya dalam melunasi janji kemerdekaan itu menjadi semakin jauh dan berat. 

"Kita mengalami situasi penuh tekanan, yang membuat sebagian orang frustasi dan pesimis. Tentu ini berbahaya apabila telah menjalar dan menjadi gejala kolektif sebagai sebuah bangsa," ujarnya.

Ia menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan hadirnya sikap keberpihakan yang jelas kepada rakyat serta konsistensi kata dan perbuatan. Jangan cederai kepercayaan rakyat dengan berbagai aksi kontroversial dan kontraproduktif yang tidak mencerminkan kepekaan terhadap sebuah krisis. 

"Di samping masalah inkonsistensi kebijakan, kita juga menyaksikan gejala diskriminasi hukum, perlakuan istimewa kepada para koruptor dengan memberikan keringanan hukuman, dan penyimpangan dalam pengelolaan sumberdaya alam," ujar dia.

Tak hanya itu, ia mengingatkan jika bangsa ini membutuhkan kolaborasi, bukan segregasi apalagi polarisasi. Jangan sekali-kali membenturkan identitas sesama anak bangsa demi meraih kepentingan kekuasaan. 

"Atas nama Pancasila, ada unsur-unsur kekuasaan yang menstigma anak bangsa lainnya sebagai radikal dan anti NKRI. Tindakan-tindakan adu domba dan pemecah belah bangsa ini adalah tindakan yang jelas tidak Pancasilais dan tidak nasionalis," kata dia.

Tak lupa, ia mengajak seluruh bangsa Indonesia mendoakan masyarakat Indonesia yang wafat akibat pandemi. Tercatat ada 117.588 warga yang wafat karena pandemi per 15 Agustus 2021.

Baca Juga: Sambut HUT Ke-76 RI, Bendera Merah Putih Dikibarkan di Bawah Laut

Di antara yang wafat tersebut adalah para pahlawan hari ini yakni lebih dari 1.800 tenaga kesehatan, para guru dan tenaga pendidik, dan setidaknya 900 ulama, kiai dan ustadz yang meninggal.

"Tragedi kemanusiaan bertambah dengan hadirnya 50.000 anak yatim-piatu (menurut data Kawal Covid) akibat ditinggal oleh orangtua. Kita doakan bersama dalam momentum peringatan kemerdekaan dan bantu dengan aksi peduli," katanya.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x