JAKARTA, KOMPAS.TV – Pengelolaan Blok Rokan, Riau yang sebelumnya dipegang oleh PT Chevron Pacific Indonesia, kemudian PT Pertamina (Persero) menjadi kesempatan untuk memaksimalkan investasi pada industri minyak dan gas bumi di dalam negeri.
Pengajar Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto mengemukakan, alih kelola blok strategis seperti Rokan harus jadi momentum bagi pemerintah dan Pertamina untuk memaksimalkan investasi migas di dalam negeri.
Investasi migas harus berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional, termasuk berdampak ganda bagi perekonomian lokal.
”Diharapkan setelah dipegang BUMN (Pertamina), investasi migas dalam negeri harus berdampak ganda. Pemerintah juga sebaiknya mendukung penuh dengan memberikan insentif fiskal dan nonfiskal,” ujarnya di Jakarta, Minggu (8/8/2021), seperti kutip dari Kompas.id.
Selain itu, tugas Pertamina lainnya menurut Pri yaitu, bagaimana mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi minyak Blok Rokan. Dalam jal ini, apabila berfokus pada mempertahankan produksi, sumur pengembangan mesti diperbanyak.
Namun, jika hendak meningkatkan produksi, metode pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery/EOR) harus diterapkan. Pri memperkirakan, penerapan EOR di Blok Rokan dapat meningkatkan produksi minyak sebesar 20-30 persen.
Baca Juga: Chevron Resmi Tinggalkan Lapangan Minyak Bumi Blok Rokan Riau, Ada Apa?
Sejalan dengan persolan tersebut, Komisi VII DPR dari Partai Gerindra, Kardaya Warnika menyoroti persolan tentang proses transfer data penelitian dan pengembangan EOR dari Chevron yang diperkirakan dapat meningkatkan produksi dalam waktu dua tahun.
“Tanpa hasil riset itu, PHR bisa kesulitan untuk meningkatkan produksi minyak Blok Rokan. Pada prinsipnya, EOR membutuhkan tahapan yang panjang. Terkadang waktu 10 tahun pun tidak cukup,” terang Kardaya.
Diketahui, sepanjang Agustus-Desember 2021, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dijadwalkan mengebor 161 sumur. Sebanyak 77 sumur di antaranya merupakan rencana Chevron yang sekaligus diserahterimakan ke PHR.
Untuk mendukung aktivitas pengeboran, sebanyak 291 kontrak telah diperpanjang. Selain itu, PHR juga menyiapkan 264 kontrak yang melibatkan sekitar 690 vendor lokal.
”Kami berupaya maksimal untuk mempertahankan dan melakukan aktivitas operasi yang masif guna meningkatkan produksi migas sehingga dapat memenuhi target nasional sebanyak 1 juta barel (minyak per hari) pada 2030,” kata Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin dalam siaran pers, Sabtu (7/8/2021) malam.
Berdasarkan catatan sejarah, Blok Rokan dikelola sejak 1941 oleh Chevron, yang kala itu bernama Caltex. Kontrak berakhir pada 8 Agustus 2021 dan pada 31 Juli 2018, pemerintah memberikan hak kelola secara penuh Blok Rokan ke Pertamina. Hal ini terhitung mulai 9 Agustus 2021.
Adapun, anak usaha Pertamina, yakni PHR ditunjuk sebagai operator. Dalam 50 tahun terakhir, Blok Rokan telah menghasilkan minyak hampir 12 miliar barel.
Baca Juga: PLN Resmi Akuisisi Pembangkit Listrik Blok Rokan
Sumber : Kompas TV/Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.