TUNIS, KOMPAS.TV - Presiden Tunisia Kais Saied dituduh melakukan kudeta setelah memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi.
Saied mengatakan pada Minggu (25/7/2021) bahwa dirinya akan mengambil alih otoritas eksekustif dengan perdana menteri baru.
Keputusan Saied dikeluarkan setelah terjadinya demonstrasi penuh kekerasan yang terjadi di beberapa kota di Tunisia atas kegagalan pemerintah atas wabah Covid-19.
Selain itu juga akibat krisis ekonomi yang melanda negara Afrika Utara tersebut.
Baca Juga: Viral, Polisi India Selamatkan Perempuan yang Ingin Bunuh Diri
“Banyak orang yang tertipu oleh kemunafikan, pengkhianatan dan perampokan hak-hak rakyat,” bunyi pernyataan Saied dikutip dari Al-Jazeera.
“Saya memperingatkan, siapa pun yang berpikir untuk menggunakan senjata, dan siapa pun yang menembakkan peluru, angkatan bersenjata akan merespons dengan peluru,” tambahnya.
Ia juga menangguhkan kekebalan anggota parlemen, bersikeras tindakannya sejalan dengan konstitusi.
Pernyataan Saied itu menyusul pertemuan darurat di Istana Kepresidenan untuk membahas demonstrasi yang diikuti ribuan orang di beberapa kota.
Kemarahan pada demonstran itu kebanyakan ditujukan kepada Partai Ennahdha, yang merupakan partai terbesar di parlemen.
Hal itu membuat Pemimpin Parlemen Tunisia dan Partai Ennahda, Rached Ghannouchi menuduh Saied telah melakukan kudeta.
Ia pun meminta para pendukungnya untuk memenuhi jalanan dan melakukan demonstrasi menentang keputusan tersebut.
Baca Juga: Demonstrasi Anti-Lockdown di Australia Banjir Kecaman, Pejabat: Mereka Seharusnya Malu
“Kami berpikir institusi ini masih berdiri, dan pendukung Ennahda dan rakyat Tunisia akan membela revolusi,” katanya dikutip dari The Guardian.
Meski begitu, keputusan Saied ini pun disambut baik oleh massa yang merayakannya di jalanan Ibu Kota Tunis.
Perayaan dan pembunyian klakson mobil pun dilakukan di jalan-jalan Ibu Kota.
“Kami telah dibebaskan dari mereka. Ini adalah momen paling bahagia sejak revolusi,” ujar Lamia Meftahi, perempuan yang ikut merayakan pengumuman Saied di Tunis.
Sumber : Al-Jazeera/The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.