STAVROPOL, KOMPAS.TV - Kepala Polisi Lalu Lintas di Rusia, Kolonel Alexei Safonov yang dituduh memimpin jaringan mafia penerima suap ternyata memiliki toilet emas.
Hal itu terungkap setelah Komite Investigasi Rusia (ICR), melakukan penggeledahan ke rumah mewahnya di Stavropol, Rusia.
ICR mengungkapkan pada Selasa (20/7/2021), telah mengungkap skema suap jutaan rubel yang dijalankan oleh lusianan perwira polisi senior di bagian lalu lintas.
Selain Safonov, enam orang lainnya ditangkap dalam penyerbuan yang dilakukan ICR.
Baca Juga: Demo Anti-Lockdown di Australia Rusuh, Sejumlah Orang Ditangkap di Sydney
Pendahulu Safonov, Alexander Arznukhin, juga menjadi salah satu yang ditangkap.
Dikutip dari Independent, ICR mengungkapkan, kelompok tersebut adalah jaringan penerima suap untuk izin palsu.
Izin tersebut memperbolehkan pengemudi truk untuk tak mematuhi hukum regional dan melewati pos pemeriksaan polisi tanpa hambatan dengan muatan biji-bijian dan bahan bangunan yang tak sah.
Anggota Parlemen dari Partai Pro-Kremlin Rusia Bersatu, Alexander Khinshtein mengatakan, apa yang dilakukan oleh komplotan Safonov seperti sebuah jaringan mafia.
Baca Juga: Skandal Keuangan Vatikan, Terungkap Miliki 5.000 Aset Properti di Seluruh Dunia
Ia juga mengatakan lebih dari 35 anggota Kepolisian Lalu Lintas Stavropol telah diamankan dalam operasi berskala besar.
“Pada dasarnya, jenis nyata dari mafia telah beroperasi di Stavropol, mengambil untung dari segalanya. Dimulai dari pelat nomor di pasar gelap, izin kargo hingga pengiriman pasir,” katanya.
ICR mengungkapkan, kelompok tersebut menerima suap mencapai 19 juta rubel atau setara Rp3,7 miliar.
Mereka juga menambahkan telah melakukan 80 operasi penyerbuan dalam mengungkap kejahatan tersebut.
Baca Juga: Divonis Mati, Pembunuh Berantai Dating Game Killer Meninggal Dunia di Usia 77 Tahun
Sejumlah besar uang tunai dan mobil mewah disita dalam operasi tersebut.
Penemuan toilet emas di rumah mewah Safonov jelas yang paling menarik perhatian.
Bahkan foto dari toilet emas itu beredar di media sosial.
Jika terbukti bersalah, Safonov akan menghadapi hukuman penjara selama 15 tahun.
Sumber : Independent
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.