JEDDAH, KOMPAS.TV – Selama berpuluh-puluh tahun, bisnis komersial di Arab Saudi selalu menutup pintu mereka begitu terdengar kumandang azan atau panggilan salat bagi kaum muslim. Barisan mobil mengantri di pom bensin, dan para pelanggan di berbagai apotek, restoran dan supermarket akan menanti di luar.
Kini, hari-hari mengantri semacam itu berakhir.
Melansir Arab News pada Sabtu (17/7/2021), Kerajaan Arab Saudi akan mengizinkan pertokoan tetap buka selama waktu salat.
“Ini sebuah upaya untuk meningkatkan pengalaman berbelanja dan tingkat layanan bagi para pembeli dan klien,” ujar Ajlan bin Abdul Aziz Al-Ajlan, kepala Kamar Dagang Saudi dalam surat edaran bagi seluruh anggota Kamar Dagang dan Industri Saudi.
Baca Juga: Semarak Pasar Domba di Arab Saudi Menjelang Iduladha, Ada Jual Hewan Kurban via Online
Ali Sameer Shihabi, seorang penulis dan komentator bidang politik dan ekonomi Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, mengomentari keputusan itu melalui cuitannya di Twitter. “Tetap membuka toko-toko selama waktu salat merupakan langkah besar simbolik dan praktis untuk mengakhiri dominasi agama dalam kehidupan sehari-sehari,” tulisnya.
Shihabi menambahkan, menutup toko selama waktu salat menjadi alasan bagi orang-orang untuk mengambil waktu istirahat yang panjang dan membuat para pelanggan menunggu layanan barang dan jasa.
“Bahkan pada departemen-departemen pemerintahan, ini menambah batas ketidakefisienan bagi pengeluaran Kerajaan,” imbuhnya.
Baca Juga: Pangeran Arab Saudi Dituduh Lakukan Perbudakan di Prancis, Sekap Tujuh Pelayan di Apartemen
Namun, ekonom lain, Habibullah Al-Torkistani, menyatakan, keputusan itu tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional.
“Yang mendukung pendapat saya adalah bahwa para pekerja toko itu mengambil waktu istirahat siang,” ujarnya. “Bahkan jika toko-toko tetap beroperasi selama waktu salat, toko-toko akan berhenti melayani untuk memberikan waktu istirahat bagi para pekerjanya. Ini kan bagian hak para pekerja,” terangnya.
Al-Torkistani menambahkan, bisnis yang menjual barang-barang penting, seperti pertokoan di jalan raya, dapat mengambil manfaat dari keputusan itu.
“Para karyawan memutuskan kapan berhenti bekerja untuk menjalankan kewajiban agama mereka, dan tak ada yang dapat mencegah mereka,” terangnya.
Baca Juga: Pernikahan Tanpa Ikatan Tanggung Jawab, Arab Saudi Hadapi Maraknya Nikah Misyar
Sejak lama, debat seputar membuka pertokoan dan bisnis selama waktu salat telah menjadi topik diskusi di berbagai kesempatan di antara anggota masyarakat Saudi.
Sebelum reformasi ini, Komisi Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, atau dikenal sebagai Haia, atau polisi agama, menindak pelanggaran terhadap peraturan menutup toko selama waktu salat.
Para petugas polisi agama memiliki kuasa untuk menangkap dan menghukum pemilik toko jika menunda penutupan toko mereka, meski hanya beberapa menit. Hukuman berkisar dari penahanan hingga deportasi bagi para pemilik toko ekspatriat.
Sumber : Kompas TV/Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.