JAKARTA, KOMPAS.TV - Dengan menaiki pesawat Boeing 707 Transair, rombongan Deep Purple tiba di bandara Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Rabu siang, 3 Desember 1975.
Rombongan itu terdiri dari semua personel, David Coverdale (vokal), Tommy Bolin (gitar, vokal), Glenn Hughes (bas, vokal), Jon Lord (kibor, backing vokal), dan Ian Paice (drum, perkusi), serta sejumlah kru pengiring band. Dari Kemayoran, rombongan tersebut menuju Hotel Sahid Jaya untuk mengingap.
Deep Purple, band hard rock kenamaan asal Inggris itu, akan menggelar konser di Stadion Senayan, yang sekarang disebut Gelora Bung Karno, dua hari mendatang: tanggal 4 dan 5 Desember 1975.
God Bless dan Skena Hard Rock Indonesia
Pada era 70-an, Deep Purple dapat dikatakan sebagai salah satu band besar dunia, terutama di kancah rock. Maka adalah sebuah berkah tersendiri bagi sejarah industri musik Indonesia jika mereka pernah menggelar konser di Tanah Air.
Di Indonesia pun kala itu, setelah pelarangan musik "ngak-ngik-ngok" oleh rezim Orde Lama Sukarno, skena rock dari Barat tengah mewabah dan amat digandrung anak muda yang tumbuh di era Orde Baru.
Maka ketika kabar Deep Purple akan menggelar konser di Tanah Air, animo anak muda serentak berjibaku. Begitu megahnya konser tersebut, hingga mencuat semacam olok-olok di antara mereka: barang siapa yang tidak menonton konser Deep Purple, maka sah belaka ia untuk dianggap kuper.
Syahdan, konser tersebut dihadiri sekurang-kurangnya 60 ribu penonton. Dan sebagai band lokal pembuka, God Bless menjadi yang beruntung dapat satu panggung dengan Coverdale dkk.
Pengalaman Berharga
Bassist God Bless, Donny Fattah, mengaku konser itu menjadi pengalaman paling berharga buat ia dan personel lainnya.
"Deep Purple masih band top dunia saat itu. Habis dari Australia, mereka mampir konser di Indonesia, dari Deep Purple kita banyak belajar alat-alat konser," ucap Donny Fattah dalam Youtube God Bless.
"Mereka itu konser terlengkap, ya, karena dateng full dengan peralatan dan teknologi. Itu mereka bawa semua ke Indonesia. Itu jadi dulu kita kenal namanya mixer, tahu monitor system, ada lighting, ada operator, nah, Deep Purple udah pakai itu," kenang Donny Fattah.
Sementara Achmad Albar selaku vokalis God Bless mengomentari tentang teknologi lighting yang kelak akan amat berpengaruh dalam menunjang performa.
"Iya, kita inget kita manggung cuma pakai lampu sorot, apa sih tuh lampu taman yang merah, hijau, jadi yang disorot muka kita, kaya hantu gitu, ya, kaya disorot senter. Sementara super grup ini, band-band top luar itu udah pakai lighting rigg yang keren banget," timpal Achmad Albar.
"Nggak cuma kita aja yang belajar, ya, para musisi, tapi rental-rental alat musik itu juga belajar. Jadi, revolusi industri konser musik itu aku pikir berubah pas ada Deep Purple datang. Lalu operator mereka itu, kan, di tengah panggung, jadi melihat lighting kemana, suara gimana, nah kita itu operator di pinggir panggung jadi, ya, nggak ketahuan kan, evaluasi dari depan gimana," tambahnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.