JAKARTA, KOMPAS.TV – Langkah PT Bukalapak.com melantai di Bursa Efek Indonesia dinilai agar tetap kompetitif di industri e-dagang. Hal ini dikemukakan oleh Head of Center of Innovation and Digital Economy dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda.
Diketahui, Bukalapak sebagai perusahaan rintisan (start up) teknologi akan melepas 25 persen saham dalam penawaran umum saham perdan yang direncanakan 6 Agustus 2021. Hal itu menandai hadirnya unicorn di Bursa Efek Indonesia.
”Bukalapak membutuhkan pendanaan lebih agar bisa bersaing,” ujar Nailul, dikutip dari Kompas.id (10/7/2021).
Dengan ada tambahan modal, Bukalapak berharap dapat tumbuh lebih besar dan bersaing di ekosistem ekonomi digital. Harapannya, lanjut Nailul, Bukalapak dapat memperluas pangsa pasar e-dagang untuk go regional.
Baca Juga: Bukalapak Melantai di Bursa Efek Indonesia
“Minimal di pasar Asia Tenggara agar bisa bersaing dengan Shopee,” ujarnya.
Sebelumnya, pada 17 Mei 2021, Gojek dan Tokopedia resmi mengumumkan kolaborasi melalui pembentukan Grup GoTo. Gojek merupakan platform layanan on-demand dan finansial, sementara Tokopedia merupakan perusahaan teknologi lokapasar.
GoTo juga berencana menawarkan saham perdana di lantai bursa. Dengan jumlah pendanaan sekitar 18 miliar dollar AS atau sekitar Rp 261 triliun, pada kurs Rp 14.500 per dollar AS, GoTo berpotensi besar masuk dalam jajaran 10 emiten dengan kapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia.
Laporan e-Conomy SEA dari Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan, nilai aktivitas ekonomi berbasis internet (gross merchandise value/GMV) di Asia Tenggara berpotensi tumbuh 5 persen, yakni dari 100 miliar dollar AS tahun 2019 menjadi 105 miliar dollar AS tahun 2020. Pada 2025, nilainya diperkirakan 309 miliar dollar AS.
Baca Juga: Bambang Brodjonegoro dan Yenny Wahid Ditetapkan dalam Jajaran Komisaris Bukalapak
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.