JAKARTA, KOMPAS.TV – Akibat lonjakan kasus Covid-19 gelombang kedua, pemerintah memproyeksikan dua skenario pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan sangat bergantung pada perkembangan kasus harian Covid-19.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, lonjakan kasus harian Covid-19 memaksa pemerintah untuk menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, guna menekan penularan sehingga ekonomi pada triwulan III dan IV-2021 bisa tetap tumbuh.
“Sebelum terjadi lonjakan kasus, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 diproyeksikan berkisar 4,5-5,3 persen. Namun, lonjakan kasus yang terjadi saat ini akan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah dari proyeksi semula,” jelasnya dalam webinar ”Mid Year Economic Outlook 2021”, Rabu (7/7/2021).
Pertama, pada skenario moderat, angka kasus harian Covid-19 diproyeksikan terus memuncak hingga pekan kedua Juli 2021, kemudian menurun pada pekan ketiga dan keempat Juli 2021. Penurunan angka kasus harian Covid-19 selanjutnya akan diikuti dengan relaksasi PPKM pada minggu pertama Agustus 2021.
Dalam skenario ini, pemulihan aktivitas ekonomi akan kembali terjadi secara bertahap mulai pertengahan Agustus 2021 sehingga pertumbuhan ekonomi dalam setahun penuh pada 2021 diperkirakan akan berada di level 4,5 persen.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Diskon Listrik Diperpanjang hingga September 2021
”Melalui skenario moderat ini, proyeksi pertumbuhan pada triwulan III-2021 sebesar 5,4 persen dan triwulan IV-2021 menjadi 5,9 persen,” terang Sri Mulyani.
Sementara pada skenario kedua yaitu, skenario berat, penambahan kasus harian masih akan terus terjadi hingga pekan terakhir Juli 2021. Penurunan kasus harian Covid-19 baru terjadi di pekan pertama dan kedua Agustus 2021 sehingga relaksasi PPKM baru akan dilakukan mulai pekan ketiga Agustus 2021.
Dalam skenario tersebut, pemulihan aktivitas ekonomi baru kembali terjadi secara bertahap mulai September 2021. Kondisi ini membuat proyeksi pertumbuhan tahunan 2021 menjadi 3,7 persen.
”Jika normalisasi baru terjadi pada September, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan triwulan IV-2021 masing-masing menjadi 4 persen dan 4,6 persen,” kata Sri Mulyani.
Adapun, Sri Mulyani menegaskan, faktor kesehatan adalah variabel utama yang akan memengaruhi situasi ekonomi tahun 2021. Pasalnya, sebelum terjadi lonjakan kasus Covid-19, Indonesia sedang mengalami penguatan tren pemulihan.
Hal itu terlihat dari posisi purchasing manufactur index (PMI) berada di level tertinggi 55,3 pada awal Juni 2021. Selain itu, indeks konsumsi masyarakat selalu berada pada level optimistis, di atas angka 100 sejak April 2021.
Penjualan ritel hingga konsumsi listrik bisnis dan industri, lanjut Sri Mulyani, juga terus mengalami peningkatan sejak April hingga awal Juni 2021.
Namun, begitu terjadi lonjakan kasus, konsumsi masyarakat langsung terkoreksi terutama di bidang transportasi, rekreasi, dan pakaian. Ekspor juga diperkirakan terdampak negatif, khususnya bagi sektor-sektor non-esensial yang menjalani PPKM darurat.
”Jadi pertumbuhan ekonomi di paruh kedua 2021 sangat tergantung skenario PPKM darurat. Seberapa dalam mobilitas harus diturunkan untuk mencegah penularan dan seberapa lama. Ini bergantung pada disiplin kitasemua,” tutur Sri Mulyani.
Baca Juga: Menkeu: Pembayaran Insentif Tenaga Kesehatan Pusat Sudah Mencapai Rp 2,65 Triliun
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.