PHNOM PENH, KOMPAS.TV - Sebelas penduduk desa di Kamboja meninggal dunia setelah menenggak arak beras oplosan yang diduga beracun ketika acara pemakaman.
Kejadian ini, jelas petugas kepolisian, Minggu (04/07/2021) menambah panjang daftar kematian akibat alkohol buatan rumah yang dinilai tak aman.
Diketahui dalam dua bulan terakhir terdapat lebih dari 30 orang yang tewas dalam 3 insiden terpisah akibat arak beras racikan rumahan di Kamboja.
Baca Juga: 9 Pelajar Pesta Miras Oplosan, Satu Tewas
Arak beras yang diproduksi sendiri ini mengandung metanol yang dapat membuat ketidaksadaran hingga kebutaan jika tertelan.
"Para korban mengalami pusing setelah meminum arak itu," jelas polisi dikutip dari AFP melalui Straits Times.
Sebelas orang yang menghadiri pemakaman di pesisir provinsi Kampot, Kamboja, Jumat (02/07/2021) telah meninggal akibat miras tersebut. Sementara sepuluh orang lain dirawat di rumah sakit setelah menenggak anggur buatan sendiri.
Baca Juga: Puluhan Napi Nekat Tenggak Oplosan Cairan Disinfektan, Satu Orang Meninggal Dunia
Arak beras produksi rumahan sangat populer dikonsumsi di bagian pedesaan Kamboja. Para warga meminumnya kala menghadiri pesta pernikahan, festival desa, dan pemakaman.
Melansir Kompas.com, pihak kepolisian tengah mengumpulkan sampel arak beras untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Pada Juni kemarin, sekitar 15 orang produsen dan penjual arak beras oplosan ditangkap setelah Kementerian Kesehatan Kamboja memerintahkan orang-orang untuk menghindari minuman tersebut.
Media di Pnomphen pad 25 Mei 2021 lalu juga mengabarkan bahwa pemerintah distrik wilayah Trach menutup dan melarang produksi arak untuk sementara waktu.
Gubernur Trach, Aun Khon, kemudian menutup sebanyak tujuh kilang dan kios arak yang berada di Russey Srok Kang Koeut dan Trach Kang Koeut.
Dua orang pemilik kilang arak ditangkap setelah sembilan orang tewas dan 37 jatuh sakit yang diduga akibat menenggak arak buatannya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.