OTTAWA, KOMPAS.TV - Perayaan Hari Kanada tahun 2021 yang jatuh pada tanggal 1 Juli dibatalkan di berbagai kota besar negara itu, menyusul penemuan ratusan jenazah anak-anak di bekas sekolah asrama tempat anak-anak masyarakat adat menjalani asimilasi paksa ke kehidupan ala barat berpuluh tahun lalu, seperti dilansir Straits Times, Kamis (1/7/2021).
Desakan mengurangi atau membatalkan Hari Kanada meningkat, dipicu penemuan hampir 1.000 makam tak bertanda di bekas sekolah asrama di British Columbia dan Saskatchewan, yang sebagian besar dijalankan oleh Gereja Katolik dan didanai oleh pemerintah.
Secara tradisional, liburan Hari Kanada dirayakan dengan barbekyu di halaman belakang rumah dan kembang api seperti 4 Juli di Amerika Serikat. Namun, tahun ini, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan Hari Kanada akan menjadi "saat untuk refleksi".
Pawai #CancelCanadaDay diadakan di Ottawa, ibu kota, dan Toronto mengadakan rapat umum untuk menghormati para korban dan penyintas sistem sekolah perumahan Kanada.
Sekolah-sekolah tersebut secara paksa memisahkan anak-anak adat dan suku asli Kanada dari keluarga mereka, dalam apa yang disebut Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pada tahun 2015 sebagai "genosida budaya".
"Kanada perlu bikin perhitungan dengan sejarahnya," kata Profesor Sosiologi Akwasi Owusu-Bempah dari Universitas Toronto, yang mempelajari ras, kejahatan, dan peradilan pidana.
"Saya berpikir kita tidak bisa merayakan negara ini apa adanya tanpa mengakui negara ini apa adanya: sebuah utopia dan benteng kesetaraan dan kebebasan dan kesempatan yang sama bagi semua anggota masyarakat," kata Profesor Akwasi.
Baca Juga: Kuburan Massal Anak-anak Pribumi Kanada yang Ditemukan, Diperkirakan Berjumlah Lebih dari 600 Jasad
Salah satu komunitas adat Kanada lainnya pada Rabu (30/06/2021) mengumumkan penemuan jasad 182 manusia di kuburan tak bertanda di sekitar bekas sebuah sekolah asrama penduduk pribumi di dekat Cranbrook, Provinsi British Columbia, Kanada, seperti dilansir Xinhua, Kamis, (01/07/2021)
Komunitas Aq'am, anggota dari Ktunaxa Nation yang terletak di dekat Kota Cranbrook, menggunakan radar penembus tanah untuk menemukan jasad di dekat bekas Sekolah Misi St. Eugene, kata Lower Kootenay Band dalam sebuah pernyataan pada Rabu kemarin.
Sekolah penduduk pribumi tersebut dioperasikan oleh Gereja Katolik dari tahun 1912 hingga awal 1970-an. Setelah itu, bangunan tersebut diubah menjadi resor dan kasino, dengan lapangan golf di dekatnya.
"Diyakini bahwa jasad dari 182 anak-anak ini berasal dari anggota Bands of the Ktunaxa Nation, komunitas-komunitas First Nation terdekat dan komunitas Aq'am," kata Lower Kootenay Band dalam pernyataannya.
Komunitas itu mengatakan hingga 100 anggotanya dipaksa untuk menghadiri sekolah tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.