EU Pilih Terapi Antibodi dan Obat Arthritis untuk Pengobatan Covid-19

BRUSSELS, KOMPAS.TV - Komisi Eropa memutuskan empat terapi antibodi dan obat reumatoid artritis yang kembali digunakan oleh Eli Lilly sebagai portofolio awal obat pilihan pengobatan Covid-19.

Melansir Antara, Rabu (30/06/2021), pemilihan obat tersebut merupakan bagian dari strategi terapi Covid-19 Uni Eropa yang diluncurkan Mei lalu untuk mempercepat persetujuan EU serta untuk rencana pengadaan bersama atas nama para negara anggota. Penyeleksian itu menyempurnakan upaya pengadaan vaksin yang lebih canggih. 

Pilihan Komisi Eropa itu terdiri atas Olumiant Eli Lilly dan Incyte untuk pasien Covid-19 yang dirawat dengan oksigen di rumah sakit, serta obat antibodi baru untuk penyakit tahap awal yang dikembangkan oleh Regeneron, Eli Lilly, Celltrion, dan aliansi GlaxoSmithKline serta mitra Vir.

Pada Selasa, Komisi Eropa kembali menegaskan akan menyusun portofolio dari sedikitnya 10 terapi Covid-19 potensial.

Badan Pengawas Obat Eropa EMA memberi rekomendasi bahwa obat antibodi GSK, Celltrion, Eli Lilly, dan Regeneron dapat digunakan pada pasien tahap awal yang berisiko mengalami Covid-19 parah, untuk mendukung penggunaan apa pun oleh setiap negara anggota. Lembaga itu belum memberikan Otorisasi untuk pemasaran di Uni Eropa.

Baca Juga: PM Luksemburg Positif Covid-19 Usai Hadiri KTT Uni Eropa

Untuk menambah jangkauan akses terhadap obat-obat tersebut, Uni Eropa mengatakan akan melakukan investasi lebih banyak untuk menggenjot produksi.

Sebagai bagian dari rencana itu, Uni Eropa berencana memfasilitasi kemitraan di antara perusahaan farmasi agar segera mengatasi kemungkinan rintangan dalam rantai pasokan.

"Acara perjodohan industri" pertama terapi perawatan Covid-19 itu akan diadakan pada 12-13 Juli, menurut Komisi, Selasa.

Satu-satunya obat Covid-19 yang sejauh ini disetujui di seluruh Uni Eropa yakni remdesivir produksi Gilead, yang dibeli oleh Uni Eropa melalui pengadaan bersama --persis sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa obat tersebut tidak efektif pada pasien Covid-19 parah.