YAMAN, KOMPAS.TV - Pertempuran antara loyalis pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi yang berusaha merebut kota strategis Marib di Yaman utara menewaskan 90 pejuang dalam dua hari.
Kabar tersebut sebagaimana sumber militer pro-pemerintah pada Selasa, (23/06/2021) seperti dilansir France24.
Pemberontak Houthi yang disokong Iran itu mempertebal kekuatan dan serangan mereka untuk merebut Marib, benteng terakhir pemerintah di Yaman utara, pada Februari, dan pertempuran itu sudah menewaskan ratusan orang di kedua sisi.
Penguasaan wilayah yang kaya minyak akan memperkuat posisi tawar Houthi dalam pembicaraan damai, tetapi pertempuran itu juga menimbulkan kekhawatiran akan bencana kemanusiaan. Sebab, banyak rakyat Yaman yang melarikan diri ke Marib itu untuk menghindari pertempuran di bagian lain negara itu.
Pada Selasa, pejabat loyalis mengatakan kepada AFP seperti yang dilansir France24 bahwa pasukan pro-pemerintah telah memukul mundur serangan Houthi di utara kota dalam bentrokan yang menewaskan 63 pemberontak dan 27 pejuang loyalis tewas sejak Senin.
Itu terjadi meskipun relatif tenang dalam beberapa pekan terakhir di tengah upaya PBB dan Washington untuk mencapai gencatan senjata.
Seorang pejabat loyalis mengatakan kepada AFP serangan Houthi telah mencapai "tingkat tinggi" sejak Senin.
Baca Juga: Lonjakan Kasus Gizi Buruk Terjadi di Yaman, Rumah Sakit Kewalahan
Konflik Yaman berkobar pada 2014 ketika Houthi merebut ibu kota Sanaa, mendorong intervensi militer yang dipimpin Saudi untuk menopang pemerintah pada tahun berikutnya.
Pertempuran itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat sekitar 80 persen warga Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan, dalam apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Perang juga telah membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan membuat negara itu di ambang kelaparan.
Sementara PBB dan Washington mendorong untuk mengakhiri perang, Huthi menuntut pembukaan kembali bandara Sanaa, yang ditutup di bawah blokade Saudi sejak 2016, sebelum ada gencatan senjata atau negosiasi.
Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan Riyadh bertekad untuk menghentikan perang dan pindah ke jalur politik, tetapi ini sayangnya tidak memenuhi kesepakatan dari kelompok Houthi.
Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths pekan lalu mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB tiga tahun usahanya mengakhiri perang di Yaman sudah sia-sia belaka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.