CONAKRY, KOMPAS.TV – Wabah Ebola yang muncul pada Februari lalu dan telah menewaskan 12 orang di Guinea, Afrika Barat, dinyatakan telah berakhir. Pernyataan ini dilontarkan Kementerian Kesehatan Guinea dan Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada Sabtu (19/6/2021).
Melansir Associated Press, wabah Ebola terbaru itu muncul sejak 14 Februari setelah tiga kasus terdeteksi di Gouecke, kawasan pedesaan di selatan prefektur N’zerekore di Guinea. Sebanyak 16 kasus terkonfirmasi dan 7 kemungkinan kasus Ebola dilaporkan terjadi selama wabah berlangsung.
Baca Juga: CDC Afrika: Wabah Baru Ebola Sudah Tewaskan 8 Orang dan Infeksi 12 Orang di Guinea dan RD Kongo
Wabah Ebola yang mematikan sebelumnya terjadi pada tahun 2014 - 2016 dan menewaskan lebih dari 11.300 orang di Afrika Barat. Wabah itu juga berasal dari wilayah yang sama, sebelum kemudian menyebar ke negara tetangga Liberia dan Sierra Leone.
“Saya memuji masyarakat yang terdampak, pemerintah dan rakyat Guinea, para tenaga kesehatan, mitra dan semua orang yang telah berupaya keras untuk mengatasi wabah Ebola ini,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Belajar dari pengalaman dari wabah pada 2014 - 2016 dan melalui upaya respons yang cepat dan terkoordinasi, keterlibatan masyarakat, langkah-langkah kesehatan masyarakat yang efektif dan penggunaan vaksin yang merata, Guinea berhasil mengendalikan wabah dan mencegah penyebarannya di luar perbatasannya,” paparnya.
WHO juga menyatakan akan tetap menyediakan layanan pasca wabah.
Direktur Regional WHO untuk Afrika Dr Matshidiso Moeti menambahkan, Guinea berhasil mengatasi virus mematikan itu hanya dalam jangka waktu 4 bulan. Namun, ia memperingatkan bahwa kewaspadaan tetap diperlukan.
Baca Juga: Guinea Deklarasikan Kembalinya Wabah Ebola, Ini Gejala dan Penularannya Menurut WHO
“Belajar dari pengalaman masa lalu, kita lebih cepat, lebih baik dan lebih pandai dalam memerangi Ebola. Tapi, meski wabah ini sudah berakhir, kita tetap harus waspada akan kemungkinan wabah ini bangkit kembali dan memastikan penanganan mumpuni terhadap Ebola ini juga dilakukan pada penanganan kesehatan yang lain, seperti Covid-19,” imbuh Moeti.
Ebola menyebabkan demam parah dan dalam kasus-kasus terburuk, pendarahan yang tak bisa dihentikan. Ebola menular melalui kontak dekat antar manusia lewat cairan tubuh, dan mereka yang tinggal bersama atau menangani pasien Ebola, memiliki risiko tertular paling tinggi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.