YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Epidemiolog Universitas Gajah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad mengungkapkan hal yang menjadi kunci penularan Covid-19 sulit terdeteksi.
Ia memaparkan penularan terjadi ketika ada seseorang yang terinfeksi Covid-19 itu batuk, menyanyi, atau apapun yang membuat virus terlempar ke udara dan masuk ke saluran pernapasan orang lain.
Sebanyak 20 persen orang yang terinfeksi Covid-19 akan timbul gejala yang berujung kesembuhan atau seseorang meninggal.
"Ini yang menjadi kunci penularan sulit terdeteksi, yakni ada periode inkubasi dan infeksius," ujarnya, Rabu (16/6/2021).
Baca Juga: Begini Pernyataan Epidemiolog UGM Soal Lonjakan Kasus Covid-19 Pasca Lebaran
Periode inkubasi Covid-19 dimulai menjelang bergejala, biasanya sekitar lima sampai tujuh hari setelah terinfeksi.
Namun, yang sulit ditentukan adalah periode infeksius karena sulit menentukan kapan orang pertama kali terpapar virus corona.
Ia mengatakan tujuan pengendalian Covid-19 adalah menurunkan angka reproduksinya. Hal ini yang menjadi latar belakang gerakan 3M dan 3T gencar dilakukan untuk menghadapi pandemi Covid-19.
Riris Andono menyebutkan ada sejumlah variabel pengendalian Covid-19 yang diimplementasikan dalam gerakan 3M dan 3T.
Memakai masker, misalnya, semakin orang sering tidak memakai masker maka akan semakin dekat dengan penularan Covid-19. Artinya, membuka peluang reproduksi Covid-19 meningkat.
Demikian pula dengan ketika orang memiliki frekuensi kontak dengan orang lain saat kerumunan meningkat, maka potensi penularan juga tinggi.
"Melindungi diri dengan masker bisa menurunkan risiko penularan sampai 85 persen, apalagi jika masker berlapis, antara masker medis, dan masker kain," ucapnya.
Sementara, gerakan 3T bisa memisahkan orang sakit dari populasi dan mengurangi paparan virus corona yang beredar di populasi.
Baca Juga: Epidemiolog UGM Sebut Tes Acak Pemudik Tak Bisa Jadi Rujukan Kasus Covid-19, Ini Alasannya
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.