WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pentagon pada Jumat (11/06/2021) mengumumkan paket bantuan keamanan senilai 150 juta dolar AS untuk Ukraina memperkuat kemampuan pertahanannya seperti dilansir Xinhua, Sabtu (12/06/2021).
Pentagon mengatakan mereka memberikan Ukraina radar kontra-artileri, sistem kontra-drone, perangkat komunikasi militer, alat evakuasi medis militer dan perang elektronik, serta peralatan maupun pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan keamanan operasional pangkalan Angkatan Udara Ukraina.
Pernyataan tersebut menguraikan paket bantuan ini mewakili sisa dana yang dialokasikan oleh Kongres AS untuk Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina (Ukraine Security Assistance Initiative/USAI) pada Tahun Fiskal 2021, yang berakhir pada 30 September mendatang.
AS sejauh ini sudah memberikan bantuan keamanan senilai 125 juta dolar kepada Ukraina hingga Maret tahun ini.
Paket bantuan tersebut "bisa diberikan berkat Departemen Pertahanan, dalam koordinasi dengan Departemen Luar Negeri, yang menyatakan bahwa Ukraina telah mencapai kemajuan memadai dalam reformasi pertahanannya tahun ini," imbuh pernyataan itu.
Baca Juga: Diprotes Rusia, UEFA Minta Ukraina Hapus Slogan Politis dari Seragamnya untuk Piala Eropa 2020
Pentagon juga mengungkapkan bahwa AS telah memberikan lebih dari 2,5 miliar dolar dalam bentuk bantuan keamanan untuk Ukraina sejak 2014.
Krimea bergabung dengan Rusia pada Maret 2014, menyusul sebuah referendum populer, yang tidak pernah diakui oleh Ukraina dan Barat.
Presiden AS Joe Biden pada Senin (7/6) menegaskan kembali dukungannya terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina dalam sebuah pembicaraan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, sebuah upaya untuk meyakinkan Kiev menjelang KTT AS-Rusia yang dijadwalkan pada 16 Juni mendatang di Jenewa.
Konflik yang sedang berlangsung di Ukraina timur, yang bermula pada April 2014, telah menewaskan sekitar 14.000 orang dan melukai 40.000 lainnya.
Kiev berulang kali menyalahkan Moskow karena memicu konflik. Namun, Rusia menyanggah tudingan tersebut dan menyebutnya tidak berdasar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.