NIAMEY, KOMPAS.TV — Setidaknya 100 warga sipil di sebuah desa di Burkina Faso tewas dibantai oleh sekelompok orang bersenjata, kata pemerintah Burkina Faso hari Sabtu, (05/06/2021) seperti dilansir Associated Press.
Juru bicara pemerintah Burkina Faso, Ousseni Tamboura mengatakan, pembantaian itu terjadi hari Jum'at malam di desa Solhan wilayah provinsi Yagha di kawasan Sahel dan dilakukan oleh kelompok garis keras Jihadi.
Selain membantai 100 warga desa, kelompok itu juga membakar pasar desa dan beberapa rumah.
Presiden Burkina Faso Marc Christian Kabore menyebut pembantaian itu sungguh barbar, karena merupakan serangan paling mengerikan di Burkina Faso sejak negara itu 5 tahun lalu dilibas kelompok Jihadis yang terkait al-Qaida lalu kelompok ISIS.
Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Walau Prancis menggelar 5,000 tentara di wilayah Sahel, kelompok Jihadis dilaporkan makin sering melakukan serangan.
Bulan April lalu, hanya dalam satu minggu 50 orang tewas dibantai di Burkina Faso termasuk dua orang wartawan Spanyol dan seorang pegiat konservasi warga Irlandia.
Lebih dari 1 juta orang warga Burkina Faso menyelamatkan diri ke wilayah lain dan saat ini menyandang status pengungsi.
Baca Juga: Gerombolan Bersenjata Culik 150 Murid dari Pesantren di Nigeria
Seorang warga desa Sebba mengatakan, pada hari itu, klinik kesehatan di desanya yang berjarak hanya 12 km dengan desa tempat pembantaian itu menerima banyak orang yang terluka dan membutuhkan perawatan medis.
"Saya melihat 12 orang dalam satu kamar dan 10 orang di kamar lain. Terlihat juga keluarga dari orang-orang yang cedera tersebut. Banyak sekali orang yang berlari menyelamatkan diri dari Solhan menuju Sebba, mereka tampak sangat ketakutan,"
Orang tersebut memberi keterangan kepada Associated Names lewat telepon dan tidak bersedia namanya disebut untuk alasan keamanan.
Menyusul pembantaian tersebut, pemerintah setempat menetapkan masa berkabung selama 72 jam.
Kelompok ekstrim kanan makin sering melakukan penyerangan, terutama di sekitar wilayah yang berbatasan dengan Niger dan Mali.
Bulan lalu, kelompok bersenjata membantai 30 orang di Burkina Faso Timur dekat perbatasan Niger.
Angkatan Bersenjata Burkina Faso yang miskin peralatan dan senjata kewalahan membendung penyebaran kaum Jihadis.
Pemerintah Burkina Faso tahun lalu merekrut sukarelawan namun mereka jadi sasaran balas dendam kelompok ekstrimis yang menyasar mereka dan masyarakat yang mereka bantu.
Mali juga mengalami krisis politik yang berujung pada berhentinya dukungan internasional bagi negara itu.
Prancis menyatakan mereka menunda kerja sama operasi militer bersama dengan Mali samai junta militer di Mali mematuhi tuntutan internasional untuk memulihkan kekuasaan sipil.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.