JAKARTA, KOMPAS.TV - Aksi teror Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang terus meningkat selama beberapa waktu belakang disinyalir bertujuan untuk gagalkan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang akan digelar Oktober mendatang.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Purn Teddy Lhaksmana Widya Kusuma.
Berdasarkan keterangan Teddy, KKB ingin memanfaatkan pelaksanaan PON untuk mendapatkan perhatian dunia internasional dan ciptakan instabilitas.
"KKB juga bermaksud menggagalkan PON untuk menciptakan instabilitas untuk menarik perhatian dunia," terang Teddy saat Rapat Kerja dengan Panitia Khusus Rancangan Undang-undang Otonomi Khusus Papua di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (27/5/2021).
Oleh karena itu, BIN merekomendasikan agar revisi UU Otsus Papua segera dirampungkan sebelum pelaksanaan PON XX di Papua.
"Amandemen UU Otsus untuk disegerakan agar tidak bersamaan dengan kegiatan PON ke-20 di Papua," kata Teddy.
Baca Juga: Ini Peran Anggota KKB Papua Anak Buah Terinus Enumbi yang Ditangkap Satgas Nemangkawi di Puncak Jaya
Hingga saat ini, aksi teror KKB masih terus meningkat di wilayah Papua, khususnya Kabupaten Puncak.
"Khusus di kabupaten puncak, KKB melakukan aksi teror dengan senjata aktif," kata Teddy.
Selain Kabupaten Papua, beberapa kelompok juga tersebar di wilayah Pegunungan Tengah Papua antara lain di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Lani Jaya, Kabupaten Mimika atau distrik Tembagapura, Kabupaten Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Pegunungan Bintang.
"Saat ini yang aktif di Kabupaten Puncak dan Intan Jaya adalah kelompok Tabuni, kelompok Lelagak dan, Militer Murib," kata dia.
Teddy mengatakan BIN terus memberi dukungan kepada Satgas TNI-Polri untuk terus mengejar dan menumpas KKB.
Salah satunya dengan memutus jaringan logistik.
Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan TNI-Polri yang berjaga di wilayah tersebut.
Baca Juga: Gunakan KRI Banjarmasin-592, 400 Personel Pasukan Setan Dikirim ke Papua Berantas KKB
Teddy mengatakan pada 21-24 Mei 2021 telah terjadi 60 kali aksi teror, terdiri dari 13 insiden penembakan, 34 kontak tembak, dan 13 kali insiden gangguan keamanan lainnya.
Teddy menyebut sebanyak 8 aparat keamanan gugur dan 14 luka, dari kelompok warga sipil nonkombatan ada 5 orang meninggal dan 9 luka.
Sedangkan dari kelompok bersenjata ada 22 meninggal dan 1 luka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.