TEHERAN, KOMPAS.TV – Mantan presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, dilaporkan tak lolos dalam seleksi bakal calon presiden (capres) Iran tahun ini.
Kantor berita Fars dan IRNA melaporkan pada Selasa (25/5/2021), selain Ahmadijenad, dua kandidat capres terkemuka lain juga tak lolos, yakni mantan Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani dan politikus Eshaq Jahangiri.
Melansir DW, Ahmadinejad yang sempat menjadi presiden pada Agustus 2005 hingga Agustus 2013, sempat mengancam akan memboikot pemilihan jika ia tak diijinkan untuk berlaga.
Baca Juga: 592 Orang Mendaftar Untuk Jadi Calon Presiden Iran
Terlemparnya Ahmadinejad dari bursa bakal calon presiden sebenarnya sudah diperkirakan jauh-jauh hari. Sebab dia juga tidak lolos dalam seleksi bakal capres pada 2017 silam.
Sementara Larijani, pendukung utama perjanjian nuklir Iran tahun 2015 di bawah Rouhani, mencuitkan pesan bagi para pendukungnya di Twitter.
“Terima kasih bagi semua yang telah mengungkapkan rasa syukur mereka. Saya harap Anda akan berpartisipasi dalam pemilihan demi mempromosikan Iran yang Islami,” tulisnya di Twitter.
Baca Juga: Menlu Iran Minta Maaf Atas Ucapannya Dalam Rekaman yang Bocor ke Publik
Sementara itu, Dewan Wali Iran mengumumkan 7 nama bakal calon presiden yang lolos seleksi. Mereka antara lain:
Raisi disebut-sebut menjadi salah satu kandidat favorit. Sosok hakim agung ultra konservatif ini memenangkan 38% suara pada pemilihan 2017 lalu, namun kalah oleh Presiden Hassan Rouhani yang kini memimpin Iran. Rouhani sendiri secara konstitusional dilarang mencalonkan diri untuk periode ketiga.
Baca Juga: Pemimpin Iran Ali Khamenei Keluarkan Fatwa Karakter Wanita di Kartun Harus Gunakan Jilbab
Raisi juga diyakini merupakan sosok bakal capres favorit pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Dilaporkan ada 600 orang yang mendaftar sebagai bakal calon untuk mengikuti pemilihan presiden Iran tahun ini.
CNN melaporkan, kemungkinan besar permasalahan yang diangkat dalam pemilihan presiden tahun ini adalah soal penanganan terhadap pandemi virus corona, solusi bagi krisis ekonomi, dan politik luar negeri Iran terkait program nuklir dan sanksi dari Amerika Serikat.
Baca Juga: Perjanjian dengan Iran Berakhir, IAEA Tak Bisa Lagi Pantau Fasilitas Nuklir Iran
Yang patut diwaspadai adalah jika yang terpilih sebagai presiden berasal dari kelompok garis keras, maka kemungkinan bakal menghambat proses perundingan perjanjian nuklir dan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Iran mendesak AS terlebih dulu mencabut sanksi sebelum kembali membahas soal perjanjian nuklir. Sedangkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menolak usulan itu dan meminta Iran terlebih dulu kembali menaati perjanjian nuklir sebelum mencabut sanksi ekonomi.
Siapapun nantinya yang menang pada 18 Juni akan menggantikan Rouhani, sosok yang dinilai relatif moderat di Republik Islam, menjabat dua periode, dan dimulai dengan Iran mencapai kesepakatan nuklir.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.