YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Tes acak pemudik di pos penyekatan yang menyebutkan 4.123 pemudik terkonfirmasi positif Covid-19 membuat Epidemiolog UGM Bayu Satria Wiratama angkat bicara.
Bayu menilai data itu belum bisa menjadi gambaran angka sebenarnya karena tes Covid-19 itu secara acak dan tidak disebutkan alat deteksi Covid-19 yang digunakan.
“Untuk menggambarkan kondisi sebenarnya perlu kaidah yang benar dalam mengambil sampel secara acak,” ujarnya, Selasa (11/05/2021).
Baca Juga: Polisi Rapid Tes Pemudik di Batas Jambi – Sumsel
Ia berpendapat apabila tes acak menggunakan tes rapid antigen, swab PCR, atau GeNose, jumlah kasus positif yang terkonfirmasi itu mengkhawatirkan. Meskipun demikian, itu tetap tidak bisa menjadi dasar untuk mengatakan gambaran pemudik secara umum yang terpapar Covid-19.
Bayu sepakat kebijakan larangan mudik dilakukan untuk mengantisipasi gelombang kedua pandemi dan naiknya kasus Covid-19 seperti di India. Ia juga tidak menampik banyak warga yang tetap nekat mudik dan menerobos pos penyekatan.
Ia menilai larangan mudik susah dilakukan jika tidak ada komunikasi yang baik dari pemerintah, seperti alasan mudik dilarang, tetapi berwisata diizinkan.
Baca Juga: Cegah Lonjakan Covid-19, Epidemiolog: Pemudik yang Terlanjur Sampai Tujuan Wajib Karantina!
Epidemiolog UGM ini menyarankan kepada warga yang telanjur mudik ke kampung halaman untuk dikarantina terlebih dulu selama lima hari.
“Jika memungkinkan dites dua kali,” ucapnya.
Tidak lupa, melapor kedatangan pemudik ke RT atau RW untuk memudahkan tracing jika terjadi kasus positif Covid-19. Selain itu, penerapan protokol kesehatan Covid-19 harus tetap dilakukan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.