Kompas TV regional wisata

Penjualan Oleh-Oleh Khas Banyumas Sepi Imbas Larangan Mudik 2021

Kompas.tv - 10 Mei 2021, 20:51 WIB
penjualan-oleh-oleh-khas-banyumas-sepi-imbas-larangan-mudik-2021
Seorang karyawan di toko getuk goreng Eka menunggu pembeli di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Senin (10/5/2021). Penjualan oleh-oleh khas Banyumas anjlok hingga 90 persen akibat sepinya pembeli di tengah larangan mudik 2021. (Sumber: KOMPAS.ID/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO )
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Hariyanto Kurniawan

BANYUMAS, KOMPAS.TV – Penjualan oleh-oleh khas Banyumas anjlok hingga 90 persen karena imbas dari larangan mudik Lebaran. Para pedagang berharap pandemi segera berakhir sehingga mobilitas warga, termasuk wisatawan, kembali normal.

“Sebelum Covid-19, saat Lebaran seperti ini, per hari bisa menjual sekitar 100 kilogram getuk goreng. Sekarang sulit banget, paling banyak 10-15 kilogram per hari,” kata Eka (69), pemilik toko oleh-oleh getuk goreng sokaraja ”Eka” saat ditemui di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Senin (10/5/2021), dikutip dari Kompas.id (10/5/2021).

Eka mengatakan, sepinya pemudik ke Banyumas, termasuk pelintas, membuat tokonya sepi pembeli. Sehingga, dia terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerja dari yang dulu mencapai 10 orang per hari kini hanya 2-3 orang per hari. Menurutnya, saat ini ia tidak memikirkan untung.

“Bertahan saja sudah baik. Kasihan karyawan banyak yang tidak kerja,” ujarnya.

Baca Juga: Kemudahan Usaha di Masa Pandemi Bagi Pelaku UMKM

Pada 2020 lalu, ia mengaku menutup tokonya hingga lima bulan mulai April sampai Agustus. Stok jualannya pun berkurang drastis.

Menurut Eka, harga jual getuk goreng saat ini Rp32.000-Rp35.000 per kilogram. Eka mengakui masih mengandalkan penjualan konvensional dan belum mencoba penjualan dalam jaringan (daring).

“Getuk ini bisa tahan sampai 10 hari. Tapi kalau jualan online, jualnya bisa sampai Rp45.000 per kilogram termasuk ongkos kirim,” ujarnya.

Hal serupa juga dialami Yani (40), karyawan di toko getuk goreng sokaraja ”Asri”. Pada kondisi normal, sehari bisa terjual sampai 700 kilogram getuk. Namun, sekarang turun drastis hingga 95 persen.

Ia menyampaikan, sebelum pandemi Covid-19, tokonya sering dikunjungi bus-bus pariwisata yang membawa anak-anak sekolah atau rombongan wisata dan ziarah. Namun, kini hal itu tidak lagi terjadi.

Slamet Budiono (50), pemilik toko oleh-oleh ”Pramuka” di Purwokerto, menyampaikan, penjualan keripik tempe pun terdampak larangan mudik. Jika sebelum pandemi, setiap masa Lebaran atau menjelang hari raya, dirinya bisa menjual 5.000 bungkus keripik tempe, kini penjualannya hanya sekitar 460 bungkus per hari.

“Dulu hari-hari seperti ini (jelang Lebaran) sudah antre, pembeli per hari bisa sampai 50 orang. Sekarang paling banyak enam orang per hari,” tuturnya.

Para pedagang oleh-oleh khas Banyumas itu berharap pandemi segera berakhir sehingga pergerakan masyarakat dan pariwisata bisa kembali normal.

”Saya berharap Covid-19 ini bisa segera ditemukan obatnya supaya semuanya normal lagi. Ini saya lansia juga tidak berani ke mana-mana, banyak di rumah saja,” tambah Eka.

Baca Juga: Pedagang Oleh-Oleh Keluhkan Larangan Mudik

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.