JAKARTA, KOMPAS.TV - Hasil survei Litabng Kompas menunjukkan sebanyak 40,2 persen responden sebut penyekatan mudik yang dilakukan guna menghalau pemudik tidak efektif.
Survei ini dilakukan terhadap 520 responden pada 13-15 Maret 2021 pada penduduk berusia minimal 17 tahun dari 34 provinsi di Indonesia.
Salah satu survei menanyakan terkait penilaian responden terhadap penyekatan jalur antar kota/provinsi untuk melarang pergerakan kendaraan umum atau pribadi sebagai moda transportasi untuk mudik.
Hasil dari survei tersebut yakni sebanyak 44 persen mengatakan efektif dan 3,5 persen menyatakan sangat efektif.
Sementara itu, sebanyak 40,2 persen responden mengatakan tidak efektif, 1,9 persen menilai sangat tidak efektif, dan sisanya 10,4 persen tidak tahu atau tidak menjawab.
Berdasarkan hasil survei dapat terlihat bahwa persentasi masyarakat yang menilai penyekatan jalan tidak efektif masih cukup besar.
"Hal yang juga menjadi sorotan dan dinilai tidak efektif adalah penyekatan, yang saat ini juga sedang masif dilakukan oleh pihak Kepolisian dan Kemenhub di banyak ruas jalur dan perbatasan antarwilayah," ujar Peneliti Litbang Kompas Eren Masyukrilla dalam diskusi virtual, Kamis (6/5/2021).
Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Jokowi Tertinggi Pada Bursa Calon Presiden
Respons masyarakat berkaca dari pelaksanaan larangan mudik dan penyekatan jalur transportasi yang berlangsung tahun kemarin.
Banyak masyarakat yang menganggap pemeriksaan atau penyekatan masih belum berjalan dengan optimal.
Contohnya pengawasan di malam hari yang cenderung lebih longgar dibandingkan pagi dan siang hari.
Ketika kondisi cuaca tidak baik seperti hujan pengawasan juga terhenti dan tidak dijaga dengan ketat oleh petugas.
Kondisi seperti ini dapat menjadi celah bagi masyarakat untuk tetap mudik dan lolos dari penyekatan.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Tingkat Kepuasan Publik Atas Kinerja Pemerintah Sebesar 69,1 Persen
"Itu menjadi celah kebocoran dari pemudik tahun lalu, yang bisa melewati posko-posko pemeriksanaan, karena memang tidak ada yang jaga. Nah ini mengapa dinilai (penyekatan) tidak efektif," kata Eren.
Eren menilai perlu komitmen petugas untuk tetap konsisten menjaga titik penyekatan dan melakukan pemeriksaan agar penerapan kebijakan bisa berjalan lebih optimal.
Perlu dilakukan upaya-upaya lebih khususnya pada jalur alternatif atau jalur tikus yang kerap digunakan masyarakat sebagai jalur mudik.
"Kalau memang mau lakukan penyekatan, mau penindakan tegas terhadap arus lalu lintas di perbatasan antar kota, memang perlu dilakukan secara terus-menerus, dalam artian tidak boleh berikan celah kepada pelaku mudik, nah itu baru akan optimal," kata Eren.
Baca Juga: Litbang Kompas Sebut 34,3 Persen Respoden Khawatir Polisi Virtual Ancam Kebebasan Berekspresi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.