JAKARTA, KOMPAS.TV - Pada 12 Agustus 2000, kapal selam bertenaga nuklir kelas Oscar II, Kursk milik Angkatan Laut Rusia meledak dan tenggelam di Laut Barents. Peristiwa ini menewaskan 118 awak kapal.
Pemerintah Rusia mengatakan kapal ini meledak saat bersiap menembakkan Torpedo. Diduga ledakan ini akibat kebocoron bahan bakar high-test proxide dari salah satu torpedo. Kapal Kursk ini kemudian tenggelam di perairan Laut Barents letaknya 108 meter di bawah permukaan.
Kapal ini pun baru berhasil dievakuasi setahun setelah kejadian yaitu pada 26 September 2001. Proses evakuasi memakan waktu 15 jam dengan biaya 80 juta dolar amerika serikat atau sekitar 1,15 triliun rupiah.
Kapal selam ini diangkat dengan kabel baja yang diturunkan dari tongkang sebelum dijepit di bawah tongkang. Tongkang mengulurkan 26 kabel dan ditancapkan ke lubang yang ditusuk di lambung Kursk. Tiap kabel terdiri dari kumpulan 54 tali baja super kuat.
Kursk, salah satu kapal selam paling modern di Rusia, lantas ditarik ke dok di Roslyakovo dengan kecepatan sekitar 3 knot per jam.
Lalu, bagaimana dengan scenario evakuasi KRI Nanggala-402 yang tenggelam di kedalaman 838 meter di perairan utara pulau Bali?
Pemerintah Indonesia akan bekerja sama dengan International Sub Marine Rescue and Liaison Office (Ismerlo) untuk proses pengangkatan badan kapal selam KRI Nanggala-402.
Kerja sama ini dijalin karena disadari tidak mudah untuk membawa potongan-potongan kapal yang ada di kedalaman 838 meter ke permukaan atau daratan. Dibutuhkan alat dan teknologi khusus untuk melakukannya.
Video Editor: Novaltri Sarelpa
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.