SOLO, KOMPAS.TV - Industri sarung batik di Solo, Jawa Tengah, sempat mengalami pukulan berat saat pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia. Setahun nyaris terpuruk, kini permintaan sarung dengan motif batik meningkat di bulan Ramadan.
Industri sarung batik di Solo, Jawa Tengah berbeda dengan jenis kerajinan batik lainnya, karena peruntukannya. Sarung batik peminatnya tak sebanyak kain batik untuk baju ataupun fashion lainnya. Pandemi Covid-19 sempat membuat UMKM ini nyaris terpuruk karena tak bisa berproduksi. Namun kini, industri rumahan ini kembali menggeliat.
Sarung batik memiliki dua jenis pengerjaan yaitu cap dan tulis atau kombinasi keduanya. Ini menjadikan sarung batik memiliki harga yang cukup tinggi. Namun kualitasnya tak diragukan lagi, karena sering dipakai oleh para pejabat dan tokoh agama. Sarung batik Lar Gurda ini misalnya, terkenal di kalangan santri dan nahdliyin.
Momen Ramadan ini menjadi waktu kebangkitan, bagi industri sarung batik. Diakui pengrajin batik, Irfan nuruddin, pada bulan suci ini, terjadi peningkatan permintaan yang cukup signifikan. Terutama di kalangan pengusaha, tokoh agama, bahkan pejabat yang berlatar belakang santri.
Harga sarung batik ini bervariasi mulai dari 200 ribu rupiah hingga 1,5 juta rupiah per potong. Ramadan tahun ini memang menjadi titik balik dari UMKM yang berhubungan dengan keagamaan. Salah satunya sarung yang kerap digunakan untuk sholat dan juga hadiah lebaran.
#SarungBatik #Ramadan #UMKM
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.