KOMPAS.TV – Kapal selam merupakan salah satu armada kekuatan laut Indonesia yang paling strategis. Pergerakannya yang senyap ibarat siluman laut, keberadaannya tidak diketahui dan sulit dideteksi.
Indonesia mulai menggunakan kapal selam di tahun 1960-an. Saat itu, Presiden Soekarno membeli 12 kapal selam dari Uni Soviet.
Kapal selam kelas Whiskey itu digunakan untuk Operasi Trikora. Whiskey Class termasuk kapal selam terbaik di tahun 1960-an.
Dua belas kapal selam itu adalah Tjakra S01/401 (1959-1972), Trisula 402 (1962 - 1974), Nagabanda 403 (1961 - 1976), Nagarangsang 404 (1961 - 1974), Nendradjala 405 (1961 - 1974), Alugoro 406 (1961 - 1974), Nanggala s02/407 (1959 - 1972), Tjandrasa 408 (1962 - 1974), Widjajadanu 409 (1962 - ), Pasopati 410 (1962 - 1990), Tjundamani 411 (1962 - 1974), dan Bramasta 412 (1962 - 1981).
Kehadiran dua belas kapal selam itu membuat kekuatan laut Indonesia disegani. Sejumlah misi dilaksanakan dua belas armada laut untuk menjaga Indonesia.
Setelah era kapal selam Soviet, Indonesia beralih ke kapal selam produksi galangan Jerman Barat.
Tercatat sejak 1981, Indonesia memiliki dua kapal selam buatan Howaldt Deutsche Werke (HDW) kelas U-209/1300. Kedua kapal itu adalah KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402.
Di tahun 2006 dan 2011, KRI Cakra dan KRI Nanggala ditingkatkan kemampuannya di Korea Selatan.
Mulai 2015, Indonesia membeli 3 unit kapal selam buatan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co., Ltd (DSME) asal Korea Selatan. Pembelian kapal selam tipe-209 Changbogo ini diiringi alih teknologi.
Ketiga KRI yang melengkapi pertahanan laut Indonesia itu adalah KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404, dan yang terbaru adalah KRI Alugoro 405.(*)
Grafis: Agus Eko
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.