BANJARMASIN, KOMPAS.TV - Masjid Jami Tuhfaturroghibin, namanya diambil dari judul sebuah kitab fiqih islam klasik karangan ulama terkenal di Kalimantan Selatan yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Masjid Jami Tuhfaturroghibin yang berlokasi di Jalan Alalak Tengah, Kota Banjarmasin ini sudah berumur 95 tahun.
Masjid ini lebih akrab disebut Warga Banjarmasin sebagai masjid kanas.
Kanas sendiri tak lain adalah sebutan buah nanas bagi warga banjar, lantaran di puncak kubahnya ada replika buah nanas.
Baca Juga: Berkah Ramadan, Sehari Bisa Dapat Rp. 2 Juta, Penjualan Kopiah Meningkat 100 Persen
Secara filosofi orang Banjar, buah kanas atau nenas makna yang sarat dengan petuah kehidupan.
Pengelola masjid, Asmini Ani, menceritakan bahwa kanas disimbolkan sebagai pembersih hati, jiwa dan raga dari segala macam kotoran duniawi.
Simbol ini diambil dari sifat nanas yang jika digosokkan ke besi, maka karatnya bisa luntur dan kembali bersih.
“Jadi kata beliau kalau ingin bersih hati, masuk saja masjid kanas, karena kanas (nanas) ini pembersih lah, keris itu kalau berkarat tusukkan ke kanas, luruh. Jadi kalau hati agar berkarat, masuk saja ke masjid kanas,” ucapnya.
Baca Juga: Tiap Masjid Diminta Bentuk Satgas Covid-19 Sendiri, Pastikan Protokol Kesehatan Tetap Dilaksanakan
Keunikan masjid ini tak hanya pada replika buah nanas, melainkan di kubah utamanya yang menggunakan gentong dari pasir atau yang akrab disebut warga sekitar sebagai tajau.
menurut sejarahnya, dulu masjid ini berbahan kayu ulin dan kubahnya sering goyang diterpa angin, akibatnya warga berinisiatif menggantinya dengan tajau yang berat.
Daerah di sekitar masjid ini sejak dulu memang dikenal sebagai produsen gentong yang dalam bahasa setempat disebut sebagai tajau.
Sehingga tak heran jika kemudian tajaunya pun turut dijadikan kubah masjid.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.