SEOUL, KOMPAS.TV - Korea Selatan mempertimbangkan untuk menyeret Jepang ke pengadilan internasional atas keputusannya membuang air limbah nuklir dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang rusak ke Samudra Pasifik.
Hal itu diungkap kantor kepresidenan Korsel Blue House pada Rabu (14/04/2021) seperti dilansir Xinhua, Kamis (15/04/2021).
Melalui taklimat pers, Juru Bicara Blue House Kang Min-seok menyampaikan dalam pertemuan internal, Presiden Moon Jae-in menginstruksikan kepada para sekretarisnya untuk aktif mengkaji cara menggugat Jepang ke Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut (ITLOS) terkait keputusan Tokyo membuang air terkontaminasi radioaktif ke samudra.
Peninjauan akan termasuk upaya mencari putusan sementara dari pengadilan internasional tersebut, ujar Kang.
Instruksi ini disampaikan sebelum Moon menemui Koichi Aiboshi, duta besar baru Jepang untuk Korsel, di kompleks kepresidenan Blue House untuk menerima kredensialnya bersama duta besar baru dari Republik Dominika dan Latvia.
Baca Juga: Pemerintah China Desak Jepang Kaji Ulang Keputusan Buang Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima
Dalam pertemuan tersebut, Moon mengatakan kepada Aiboshi Korea Selatan memiliki "kekhawatiran yang sangat besar" atas keputusan Jepang membuang air limbah radioaktif ke samudra karena negara tersebut secara geografis paling dekat dan berbagi laut dengan Jepang.
Moon meminta Aiboshi menyampaikan pesannya dan kekhawatiran pemerintah maupun rakyat Korsel kepada pemerintah Jepang. Juru bicara Blue House menggambarkan pernyataan Moon, yang disampaikan dalam upacara penyerahan surat kepercayaan itu, sebagai "sangat tidak biasa."
Menurut Blue House, kantor sekretaris kepresidenan bidang hukum mulai menjajaki berbagai opsi, termasuk putusan pengadilan atas keputusan Jepang itu.
Jepang pada Selasa (13/04/2021) mengumumkan rencananya untuk membuang air bercampur tritium dari PLTN Fukushima, yang diyakini mencapai lebih dari 1,25 juta ton tersimpan dalam sejumlah tangki, ke Samudra Pasifik dalam waktu sekitar dua tahun.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.