MOSKOW, KOMPAS.TV - Pengembang vaksin Sputnik V Covid-19 Rusia mengatakan, Rabu (14/4/2021), tidak menyebabkan penggumpalan darah, efek samping potensial yang mengganggu peluncuran di beberapa negara Barat, seperti dilansir Straits Times, Rabu (14/04/2021).
Amerika Serikat menghentikan vaksinasi massal menggunakan vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson setelah satu dari hampir tujuh juta orang Amerika meninggal karena jenis gumpalan langka di otak setelah penyuntikan vaksin.
Denmark pada Rabu menjadi negara pertama di Eropa yang menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca setelah adanya laporan kasus pembekuan darah yang jarang tetapi serius di antara mereka yang telah menerima vaksin.
Seperti vaksin Johnson & Johnson dan AstraZeneca, vaksin Sputnik V Rusia menggunakan jenis adenovirus yang diadaptasi yang menyebabkan flu biasa.
Pada Rabu (14/4/2021), lembaga penelitian Gamaleya yang dikelola pemerintah, yang mengembangkan vaksin Sputnik V, mengatakan tidak ada risiko penggumpalan darah dari vaksinnya.
Baca Juga: 3 Vaksin Gotong Royong di Indonesia: Sputnik V dari Rusia, Sinopharm dan CanSino dari China
"Analisis komprehensif dari efek samping selama uji klinis dan selama vaksinasi massal dengan vaksin Sputnik V menunjukkan bahwa tidak ada kasus trombosis sinus vena serebral," katanya dalam sebuah pernyataan.
Pendaftaran Sputnik Rusia pada Agustus tahun lalu memicu kritik baik di dalam maupun luar negeri atas prosedur jalur cepat tersebut, tetapi sebuah jurnal medis terkemuka mengatakan tahun ini Sputnik V aman dan sangat efektif.
Vaksin Sputnik V telah terdaftar untuk digunakan di banyak negara.
Institut Gamaleya mengatakan "siap untuk membagikan teknologi pemurniannya dengan produsen vaksin lain untuk membantu mereka meminimalkan risiko efek samping selama vaksinasi."
Presiden Vladimir Putin mengatakan pada hari Rabu dirinya telah menerima dosis kedua dari vaksin untuk melawan virus corona dan mendorong orang Rusia untuk mengikuti teladannya.
Dia belum mengatakan yang mana dari tiga vaksin Rusia yang dia terima, EpicVacCorona, CoviVac atau Sputnik V.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.