BERLIN, KOMPAS.TV – Johnson & Johnson (J&J) menyatakan pada Selasa (14/4/2021) bahwa pihaknya menunda pemberian vaksin Covid-19 di Eropa menyusul laporan dari Amerika Serikat (AS) tentang adanya kasus pembekuan darah langka pada sejumlah penerima vaksin.
Pengumuman ini dilakukan setelah regulator AS merekomendasikan “jeda” penggunaan vaksin dosis tunggal itu untuk menyelidiki laporan sejumlah kasus pembekuan darah yang bisa berbahaya.
“Kami telah meninjau kasus-kasus ini dengan pihak kesehatan Eropa,” demikian pernyataan J&J seperti dikutip dari The Associated Press, Selasa (13/4/2021). “Kami telah memutuskan untuk secara proaktif menunda pemberian vaksin kami di Eropa.”
Baca Juga: Meski Takut Jarum Suntik, Presiden Afrika Selatan Akhirnya Rela Disuntik Dengan Vaksin J&J
Penundaan ini merupakan pukulan bagi program vaksinasi di Uni Eropa, yang sudah terhambat masalah kurangnya pasokan, logistik dan kekhawatiran terhadap sejumlah kasus pembekuan darah yang tidak biasa terhadap sejumlah kecil orang yang menerima vaksin AstraZeneca.
Laporan kasus pembekuan darah ini mebuat sejumlah negara yang tergabung dalam blok beranggotakan 27 negara Eropa itu membatasi pemberian vaksin AstraZeneca bagi kelompok usia tua, yang lebih berisiko sakit parah bila terpapar Covid-19.
Baca Juga: 15 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Johnson&Johnson Rusak Akibat Kesalahan Pabrik
Vaksin J&J dan AstraZeneca dibuat dengan teknologi yang sama. Banyak vaksin Covid-19 utama melatih tubuh untuk mengenali protein berbentuk paku yang membungkus lapisan luar virus corona. Namun, J&J dan AstraZeneca menggunakan virus flu, yang disebut adenovirus, untuk membawa gen protein ke dalam tubuh manusia. J&J menggunakan adenovirus manusia untuk menciptakan vaksinnya, sementara AstraZeneca menggunakan adenovirus versi simpanse.
Badan Obat-obatan Eropa (EMA) menyatakan pada Jumat (9/4/2021) tengah meninjau sejumlah kasus pembekuan darah di AS terhadap mereka yang telah menerima suntikan vaksin J&J, yang dikembangkan oleh anak perusahaan Janssen.
Baca Juga: Uni Eropa Rekomendasikan Vaksin Ke-4, Vaksin Johnson & Johnson Yang Hanya Butuh Sekali Suntikan
Dalam pernyataan bersama pada Selasa (13/4/2021), Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) dan Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan AS (FDA) menyatakan tengah menyelidiki kasus pembekuan darah yang terjadi pada 6 – 13 hari setelah vaksinasi.
Gumpalan terjadi di pembuluh darah yang mengalirkan darah dari otak dan terjadi bersamaan dengan rendahnya trombosit. Seluruh 6 kasus pembekuan darah itu dialami oleh perempuan di rentang usia 18 – 48 tahun, dengan 1 angka kematian.
Baca Juga: Amerika Serikat Pesan 100 juta Dosis Tambahan Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
EMA menyatakan, “Masih belum jelas apakah ada hubungan sebab-akibat antara vaksinasi menggunakan vaksin J&J dengan kondisi pembekuan darah ini.”
Lebih lanjut EMA menyatakan tengah menyelidiki kasus-kasus tersebut dan akan memutuskan langkah-langkah yang perlu diambil kemudian.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.