JERUSALEM, KOMPAS.TV - Presiden Palestina Mahmoud Abbas diterbangkan ke Jerman setelah naik helikopter dari Tepi Barat ke Yordania hari Senin, (04/04/2021) menjelang kunjungan resmi ke Jerman di mana ia akan menjalani pemeriksaan kesehatan, kata para pejabat Palestina seperti dikutip Associated Press, Selasa, (06/04/2021)
Kantor Perdana Menteri Palestina tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang perjalanan tersebut, yang tidak diumumkan sebelumnya.
Seorang pejabat Palestina mengatakan Abbas akan menjalani "pemeriksaan kesehatan rutin" di Jerman. Pejabat itu tidak berwenang untuk berkomentar dan berbicara dengan syarat anonim.
Abbas yang berusia 85 tahun, adalah seorang perokok berat dengan riwayat masalah jantung, sempat menghadiri acara publik beberapa hari terakhir dan tidak ada indikasi dia mengalami sakit. Abbas menerima dosis pertama vaksin Covid-19 bulan lalu.
Mahmoud Abbas sudah beberapa kali bepergian ke luar negeri untuk perawatan medis dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018, ia mengunjungi rumah sakit di Amerika Serikat setelah tampak lemah dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB.
Baca Juga: Mahmoud Abbas Umumkan Pemilu Presiden dan Parlemen Palestina Akan Digelar Tahun ini
Dia menjalani prosedur jantung darurat pada tahun 2016 setelah menderita kelelahan dan nyeri dada, tetapi diberi pernyataan kesehatan yang bersih dan segera keluar dari rumah sakit Tepi Barat.
Abbas tidak pernah memilih penggantinya dan sejumlah anggota senior partai Fatah diyakini mengincar posisi itu. Abbas mengambil alih sebagai presiden sementara setelah kematian pemimpin ikonik Palestina Yasser Arafat pada tahun 2004.
Abbas terpilih untuk masa jabatan empat tahun pada tahun berikutnya, tetapi tetap menjabat setelah mandatnya berakhir. Palestina belum mengadakan pemilu sejak 2006, ketika kelompok militan Islam Hamas menang telak dalam pemilihan parlemen.
Baca Juga: Sebanyak 100 Ribu Vaksin Sumbangan China Tiba di Palestina
Itu memicu krisis politik, yang berpuncak pada perebutan kekuasaan Hamas di Gaza pada tahun berikutnya, meninggalkan otoritas Abbas terbatas pada bagian Tepi Barat yang diduduki Israel.
Abbas memutuskan digelarnya pemilihan parlemen bulan depan dan pemilihan presiden pada bulan Juli. Tidak jelas apakah pemungutan suara akan dilakukan, bagaimanapun, karena perselisihan lama dengan Hamas dan perpecahan yang berkembang dalam partai Fatah Abbas yang dapat membuatnya membatalkan mereka.
Popularitas pemimpin Palestina merosot dalam beberapa tahun terakhir karena Abbas dipandang gagal membuat kemajuan dalam mencapai negara Palestina merdeka, gagal memperbaiki hubungan dengan Hamas, dan karena ia telah memimpin Otoritas Palestina dengan semakin otoriter.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.