JAKARTA, KOMPAS.TV - Masih seputar Siklon Seroja yang baru-baru ini menerjang Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga mengakibatkan cuaca ekstrem dan banjir bandang.
Seperti fenomena angin kencang lain yang pernah melanda wilayah Indonesia sebelumnya, nama Siklon Seroja diambil dari nama salah satu jenis bunga.
Penggunaan nama bunga untuk siklon tropis di Indonesia telah disepakati sejak terbentuknya Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis atau Tropical Cyclone Warning Center di Jakarta pada 2008.
Baca Juga: Sejumlah Daerah di Indonesia Punya Peluang Terdampak Siklon Tropis Seperti NTT
Menurut World Meteorogical Organization (WMO) penggunaan nama yang unik dan khas dengan wilayah terjadinya badai atau siklon dapat membantu identifikasi kehadiran badai secara cepat bagi publik dan membantu media dalam pemberitaannya.
Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca, Ramlan pernah menjelaskan pula alasan khusus di balik dipilihnya nama bunga.
"Karena kita pikir bunga itu indah, dengan tumbuhnya itu, kita harapkan bukan kenestapaan tapi keindahan yang kita dapat," ungkap Ramlan kepada media pada 2017 silam.
Baca Juga: Kepala BMKG Sebut Siklon yang Hantam NTT Bukti Nyata Global Warming
Meski demikian, siklon pertama Indonesia yang tercatat pada 2009 di perairan barat daya Bengkulu mempunyai nama Durga yang diambil dari tokoh wayang.
Baru setelah itu nama bunga digunakan sebagai nama siklon tropis di Indonesia, seperti Siklon Anggrek (2010), Siklon Bakung (2014), Siklon Cempaka (2017), dan Siklon Dahlia (2017).
Selain itu, BMKG juga sempat menggunakan nama buah yaitu mangga untuk siklon tropis yang terjadi di perairan Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, Bali, dan NTB pada 21 hingga 24 Mei 2020 lalu.
Baca Juga: Kepala BMKG: Siklon Seroja di NTT Tidak Lazim, Baru Pertama Kali Masuk Daratan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.