MANILA, KOMPAS.TV - Filipina menuduh China berusaha mendapatkan wilayah kekuasaan lebih banyak di Laut China Selatan.
Tuduhan itu dilontarkan setelah ditemukan lebih lagi banyak kapal milik China yang dipercaya diawaki oleh milisi di jalur perairan yang tengah disengketakan itu
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana.
Baca Juga: Gara-gara Google Photo, Video Panas Perempuan dengan Kekasihnya Malah Terkirim ke Sang Ibu
“Kehadiran milisi maritim China di area tersebut mengungkapkan keinginan mereka untuk mencaplok lebih banyak daerah di Laut Filipina Selatan,” ujarnya dikutip dari South China Morning Post, Minggu (4/4/2021).
Itu merupakan pernyataan bermusuhan kedua oleh Lorenzana dalam dua hari, setelah sebelumnya menyerukan kepada kapal-kapal China untuk meninggalkan terumbu karang Whitsun.
Terumbu karang yang oleh Filipina dikenal sebagai terumbu karang Julian Felipe itu, terletak 200 mil di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina.
Baca Juga: Kasus Harian tembus 10 Ribu per Hari, Filipina Perpanjang Lockdown
Diplomat China mengatakan kapal-kapal, yang menurut laporan intelijen patrol berjumlah 200 kapal, berlindung dari laut ganas.
Mereka juga mengatakan tak ada milisi di dalamnya. Tetapi, Lorenzana mengatakan masih ada 44 kapal di terumbu karang Whitsun meski kondisi laut membaik.
Baca Juga: 22 Pasukan Elit India Tewas Terbunuh saat Baku Tembak dengan Pemberontak Pendukung Ideologi Maois
“Saya bukan orang bodoh. Cuaca sejauh ini sudah sangat bagus, jadi tak ada alasan bagi mereka untuk tetap tinggal. Pergi dari sini,” tambahnya.
Sementara itu, Kedutaan Besar China di Manila mengungkapkan normal bagi kapal China untuk memancing di area itu dan berlindung di dekat terumbu karang saat kondisi laut memburuk.
Mereka pun menegaskan bahwa tak ada yang berhak membuat pernyataan ceroboh tentang kegiatan tersebut.
Baca Juga: Pariwisata Terguncang Pandemi, Mesir Buka Museum Besar yang Baru
Kedutaan China menyebut pernyataan Lorenzana membingungkan dan mendesak pihak berwenang untuk menghindari pernyataan tak professional yang selanjutnya dapat memicu emosi irasional.
Pengadilan internasional tak mengakui klaim China memiliki 90 persen Laut China Selatan pada 2016.
Namun, Beijing tak mengakui keputusan tersebut dan membangun pulau buatan di sana yang diperkuat dengan radar, baterei rudal dan landasan pesawat tempur.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.