NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Dilaporkan lebih dari 40 anak terbunuh oleh junta militer sejak kudeta Myanmar pada 1 Februari lalu.
Laporan itu disampaikan oleh Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Save The Children.
Organisasi tersebut mengungkapkan apa yang terjadi di Myanmar merupakan sebuah mimpi buruk.
Baca Juga: Petugas Pemadam Kebakaran Mengaku Dihalangi Polisi saat Ingin Memeriksa George Floyd
Seperti dikutip dari BBC, mereka juga mengatakan bahwa korban termuda adalah berusia enam tahun.
Bocah tersebut diketahui seorang anak perempuan bernama Khin Myo Chit, yang dibunuh polisi ketika ia lari menuju ayahnya dalam penggeledahan rumah mereka di Mandalay.
Selain itu, seorang anak berusia 14 tahun dipercaya ditembak di dalam atau di dekat rumahnya di Mandalay.
Baca Juga: Rumah Sakit dan Klinik Pun Jadi Sasaran Kebiadaban Junta Militer Myanmar
Sedangkan seorang anak berusia 13 tahun ditembak saat bermain di jalanan Yangon.
Save The Children menegaskan meningkatnya kekerasan di Myanmar akan memberikan dampak bagi mentalitas anak, karena mereka merasa takut, stres dan sedih.
Baca Juga: Cegah Nur Sajat Transgender yang Muncul di Masjidil Haram Kabur dari Malaysia, Polisi Sebar Fotonya
“Anak-anak menyaksikan kekerasan dan horor. Jelas Myanmar bukan tempat yang aman untuk anak-anak,” bunyi pernyataan mereka.
Korban tewas karena tindakan represif junta milier Myanmar memang semakin meninggi.
Grup pengawas lokal memperkirakan jumlah korban tewas secara keseluruhan mencapai 536 orang.
Baca Juga: Kehilangan Rp120 Juta di Bursa Saham, Pekerja Pabrik Bunuh Diri dengan Lompat ke Tungku Api Raksasa
Hari paling kelam bagi masyarakat Myanmar terjadi pada Sabtu (27/3/2021), dimana lebih dari 100 orang tewas dalam sehari.
Pihak junta militer tampaknya tak peduli dengan pembunuhan yang mereka lakukan terhadap rakyatnya.
Mereka bahkan mengancam akan terus menembaki para pengunjuk rasa yang menolak kudeta.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.