NEW DELHI, KOMPAS.TV – Varian baru virus corona yang berpotensi mengganggu terdeteksi di India pada Rabu (24/3/2021). Varian baru ini menambah jenis varian baru virus corona lain yang sebelumnya terdeteksi di Inggris, Afrika Selatan dan Brasil.
Namun, Kementerian Kesehatan India dan sejumlah pakar memperingatkan agar tidak menghubungkan varian baru virus ini dengan lonjakan kasus penularan baru yang tengah melanda India.
Kasus penularan virus corona di India sudah menurun drastis sejak September lalu, dan kehidupan berangsur berjalan normal di negara ini. Namun, bulan lalu, kasus penularan baru kembali melonjak dan lebih dari 47.000 penularan baru terdeteksi selama 24 jam terakhir. Lonjakan ini disertai angka kematian sebanyak 275 jiwa, angka kematian tertinggi dalam sehari selama lebih dari 4 bulan.
Baca Juga: Negara Bagian Indiana Berencana Cabut Aturan Memakai Masker
Selama pandemi, virus corona telah bermutasi. Sebagian besar mutasi terbilang remeh dan tak berbahaya, namun para ilmuwan telah menyelidiki varian mana yang lebih mudah menyebarkan virus atau membuat orang menjadi lebih sakit.
Tiga varian virus yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, Inggris dan Brasil dianggap sebagai varian yang paling mengkhawatirkan. Ketiga varian virus itu ditemukan dalam 7% di hampir 11.000 sampel di India sejak 30 Desember 2020. Varian yang paling tersebar luas adalah varian yang lebih menular yang terdeteksi di Inggris tahun lalu.
“Varian baru yang ditemukan di India memiliki 2 mutasi di bagian protein yang runcing yang digunakan virus untuk mengikatkan dirinya ke sel,” kata Dr. Rakesh Mishra, direktur Pusat Biologi Sel dan Molekuler, salah satu institut penelitian yang meneliti virus.
Baca Juga: Di Tengah Gelombang Penangguhan, India Pilih Penggunaan Vaksin AstraZeneca
Ia menambahkan bahwa perubahan genetik ini dapat mengkhawatirkan lantaran bisa membantu virus menyebar lebih mudah dan keluar dari sistem kekebalan. Namun, ia memperingatkan agar tidak mengaitkan varian baru virus ini dengan lonjakan kasus yang tengah terjadi di India.
Dalam pernyataannya seperti dilansir dari The Associated Press, Kementerian Kesehatan India mengatakan, varian baru ini ditemukan dalam 15 – 20% sampel yang diambil dari negara bagian Maharashtra. Negara bagian yang merupakan ibukota keuangan India ini menjadi kawasan yang paling terdampak oleh lonjakan kasus dan menyumbang 60% dari seluruh kasus penularan aktif di India.
Di kota Nagpur yang termasuk dalam negara bagian Maharashtra, penularan yang disebabkan oleh varian baru virus ini ditemukan di bagian kota yang sejauh ini justru paling sedikit terdampak, kata Dr. Sujeet Singh, Kepala Pusat Pengendalian Penyakit Nasional di New Delhi.
Baca Juga: Sudah 400 Orang Myanmar Menyeberang ke India, Sebagian Besar Polisi dan Petugas Damkar
Sementara itu, para pejabat kesehatan mengakui jika mereka khawatir akan sejumlah festival yang sebagian besar menandai datangnya musim semi yang akan digelar dalam beberapa waktu ke depan. Pemerintah India telah meminta sejumlah negara bagian untuk mempertimbangkan memberlakukan sejumlah aturan pembatasan, namun banyak warga yang tak mengindahkan protokol kesehatan.
Lambatnya program vaksinasi juga mengkhawatirkan, kata Dr. Vineeta Bal dari Institut Imunologi Nasional India. “Tidak seperti tahun lalu, virus menyebar di kalangan lingkungan orang-orang kaya, dan menulari banyak keluarga yang justru berlindung dalam rumah mereka. Sekarang, orang-orang tidak terlalu khawatir dan jadi lengah. Mereka memang mengenakan masker, tapi itu untuk menutupi jenggot mereka, dan bukannya hidung mereka,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.