CALIFORNIA, KOMPAS.TV - CEO Tesla Elon Musk membantah tuduhan China bahwa mobil Tesla digunakan untuk kegiatan mata-mata di negara itu.
Musk bahkan menegaskan perusahaannya pasti akan ditutup jika kendaraannya digunakan untuk kegiatan mata-mata.
Sebelumnya dilaporkan militer China melarang mobil Tesla ada di fasilitas mereka.
Baca Juga: Dua Pria Pakistan Dijatuhi Hukuman Mati Seusai Perkosa Perempuan Prancis di Depan Anaknya
Pihak militer khawatir dengan data yang diambil dari kamera yang terinstal di mobil tersebut.
Musk menegaskan jika ada perusahaan bisnis yang terlibat dengan kegiatan mata-mata negara lain, efek negatif bagi perusahaan itu akan sangat buruk.
“Ada sebuah insentif yang kuat bagi kami dan sangat rahasia dengan semua informasi. Jika mobil Tesla digunakan untuk mata-mata di China atau tempat lainnya, kami akan ditutup,” ujarnya Sabtu (20/3/2021) dikutip dari BBC.
Baca Juga: Elon Musk Jual Cuitan Twitter Berisi Video Lagu, Ada yang Tawar Rp 16 Miliar
Kehadiran perusahaan besar milik Amerika Serikat (AS) dan China, begitu pun sebaliknya menghadirkan polemik di kedua negara.
Hubungan China dan AS, sebagai dua negara ekonomi besar, saat ini sedang dalam masa-masa yang renggang.
Kedua negara mengkhawatirkan perusahaan-perusahaan itu menjadi ladang mata-mata bagi saingannya.
Baca Juga: Mesir Terima Kiriman Vaksin Kedua Hadiah Dari China
Tahun lalu, mantan Presiden AS, Donald Trump bahkan menuduh TikTok telah memberikan data penggunanya di AS kepada Pemerintah China.
Trump bahkan mengancam akan melarang TikTok di negaranya jika terbukti melakukan kegiatan tersebut.
Bagi Tesla sendiri, China merupakan salah satu pasar terbesarnya setelah AS.
Baca Juga: Setengah dari Seluruh Orang Dewasa di Inggris Telah Terima Dosis Pertama Vaksin Covid-19
Penjualan mereka di sana mencapai setengah pendapatan perusahaan itu di seluruh dunia pada 2020.
Hal itu berkaitan dengan usaha Pemerintah China mempromosikan penggunaan kendaraan listrik.
Berkat usaha tersebut, Tesla memiliki pendapatan hingga 721 juta dolas AS atau Rp10,4 triliun di China pada 2020.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.