CANBERRA, KOMPAS.TV - Anak pejabat junta militer Myanmar atau anak junta militer yang berada di luar negeri telah menjadi buruan demonstran.
Salah satunya adalah anak dari Jaksa Agung Myanmar yang bekerja sebagai seorang dokter di Australia.
Jaksa Agung tersebut dilaporkan sosok yang bertanggung jawab atas tuntutan hukum terhadap Aung San Suu Kyi, yang telah disekap junta sejak kudeta 1 Februari lalu.
Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Ketua ASEAN Segera Gelar Pertemuan Bahas Situasi di Myanmar
Demonstrasi pun dilakukan seorang warga Myanmar seorang diri di depan rumah sakit Australia tempat dokter itu bekerja.
Sosok itu adalah Susu San, perempuan insinyur kelistrikan berusia 33 tahun.
Pada demonstrasi tersebut, Susu San berusaha memperingatkan bahwa anak junta militer akan dikejar ke mana pun mereka berada.
Baca Juga: Sampaikan Dukacita, Presiden Jokowi: Indonesia Desak Penggunaan Kekerasan di Myanmar Dihentikan
Susu San hadir di tempat parkir rumah sakit menggunakan baju pink dan satu tangannya memberikan penghormatan tiga jari, simbol penentangan terhadap kudeta junta militer.
Selain itu, Susu an juga membawa plakat yang meminta junta militer untuk membebaskan Aung San Suu Kyi.
“Mereka pikir mereka tak tersentuh. Ini adalah cara untuk mendukung masyarakat kami dengan mengatakan tak ada yang bisa lolos dari perlakuan tanpa hukum dan kebrutalan,” ujarnya dikutip dari The Strait Times.
Baca Juga: Berlutut Secara Simbolis, Paus Fransiskus Serukan Pertumpahan Darah di Myanmar Segera Diakhiri
Demi melakukan demonstrasi ini, Susu San melakukan perjalanan sejauh 1,500 km, dari Queensland ke salah satu rumah sakit di Mackay.
Sejak terjadinya kudeta militer pada 1 Februari, demonstrasi menolak kudeta terus terjadi.
Meski aksi berjalan damai, junta militer menanggapinya secara represif sehingga menimbulkan korban tewas mencapai ratusan.
Baca Juga: Dengan Ketapel dan Bom Molotov, Para Demonstran Myanmar Balas Melawan Aparat
Di Australia sendiri, gerakan antikudeta dilakukan komunitas Myanmar lewat kampanye online, yang juga menyasar keluarga pejabat junta militer.
Menurut penyelanggara ini merupakan cara anti kekerasan untuk memberikan tekanan kepada junta militer untuk mengembalikan Myanmar jadi negara demokrasi.
“Militer hanya mengerti satu bahasa, yaitu tekanan. Hukuman sosial efektif untuk menggoyang junta, membuat mereka berpikir apa yang telah mereka lakukan,” kata Tun Aung Shwe, salah seorang anggota komunitas Myanmar yang pergi ke Canberra agar Australia memberikan sanksi kepada pihak yang berafiliasi dengan junta militer.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.