YANGON, KOMPAS.TV - Sedikitnya empat orang ditembak mati selama protes di Myanmar pada hari Minggu (14/3/2021). Petugas keamanan terus melanjutkan tindakan keras mereka terhadap para demonstran yang memprotes kudeta di Myanmar.
Dua dari korban tewas berada di kota Yangon, yang merupakan kota terbesar di negara itu. Salah satu dari mereka ditembak di kepala dan satu orang lainnya ditembak di perut.
Sedangkan orang ketiga yang tewas kemarin, ditemukan di kota Hpakant ketika polisi menembaki kerumunan demonstran. Korban keempat merupakan seorang wanita, yang meninggal setelah ditembak di kepalanya di Mandalay. Ia terbunuh ketika pasukan keamanan sedang melakukan operasi sweeping di permukiman penduduk.
Baca Juga: Seorang Perempuan Ditembak Mati Dalam Sweeping yang dilakukan Polisi Myanmar
Di Yangon, video yang diposting di media sosial menunjukkan kerumunan orang. Beberapa dari mereka mengenakan helm dan masker gas. Mereka berlarian di jalan, di tengah suara tembakan. Para demonstran dengan cepat menyemprotkan uap dari alat pemadam kebakaran ketika mereka mundur.
Penggunaan alat pemadam kebakaran, yang sekarang umum terjadi dalam protes di seluruh Myanmar, bertujuan untuk meredam efek gas air mata. Alat pemadam kebakaran juga menciptakan asap yang mempersulit polisi untuk mengejar atau menembak para demonstran.
Ada juga laporan korban luka-luka dari peluru tajam dan peluru karet di bagian lain kota Yangon.
Pada hari Sabtu, pemimpin sipil pemerintah Myanmar yang bersembunyi bersumpah untuk terus mendukung revolusi untuk menggulingkan para pemimpin militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari.
Baca Juga: Sebanyak 116 Orang yang Melarikan Diri Dari Myanmar Tiba di India
Mahn Win Khaing Than, yang diangkat sebagai wakil presiden oleh anggota parlemen Myanmar yang digulingkan dan merupakan anggota partai politik pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, berbicara kepada publik untuk pertama kalinya sejak kudeta.
“Ini adalah momen tergelap bangsa dan momen menjelang fajar,” katanya dalam sebuah video yang diposting di situs web pemerintah bayangan dan media sosial.
"Untuk membentuk demokrasi federal yang diinginkan oleh semua saudara yang telah menderita berbagai jenis penindasan dari kediktatoran selama beberapa dekade, revolusi ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyatukan upaya kita," katanya seperti dikutip dari the Associated Press.
Dia menambahkan, “Kami tidak akan pernah menyerah pada militer yang tidak adil, tapi kami akan mengukir masa depan kami bersama dengan kekuatan persatuan kami. Misi kami harus diselesaikan."
Di akhir pesannya, ia memberikan salam tiga jari yang telah menjadi simbol perlawanan terhadap penguasa militer.
Baca Juga: Aparat Menembak Lima Demonstran, Sudah 80 Orang Tewas dalam Protes Antikudeta Militer di Myanmar
Sebelumnya pada hari Sabtu, pasukan keamanan juga menembaki para demonstran yang menewaskan tujuh orang. Empat orang tewas di Mandalay, Dua orang korban berada di Pyay dan satu orang di Twante, pinggiran Yangon. Rincian ketujuh kematian tersebut diposting di beberapa akun media sosial, dengan beberapa disertai foto para korban.
Jumlah kematian sebenarnya, diperkirakan lebih tinggi, karena polisi tampaknya menyita beberapa mayat dan beberapa korban yang menderita luka tembak yang serius, sehingga dokter dan perawat yang bekerja di klinik darurat akan kesulitan untuk merawatnya. Banyak rumah sakit di Myanmar, diduduki oleh aparat keamanan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.