CANBERRA, KOMPAS.TV - Australia menegaskan telah menghentikan program kerja sama pertahanan dengan militer Myanmar.
Keputusan tersebut dikeluarkan setelah meningkatnya angka kematian dan kekerasan yang menentang kudeta Myanmar yang dilakukan junta militer.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Australia, Marisa Payne, Senin (8/3/2021).
Baca Juga: Geger Video Klip Penyanyi Iran yang Tampilkan Bintang Porno AS, Dianggap Merusak Anak-anak
“Kami terus mendesak aparat keamanan Myanmar untuk menahan diri dari kekerasan terhadap warga sipil,” ujarnya dilansir dari Al-Jazeera.
Kerja sama bilateral Australia dan Myanmar terbatas dalam area non-peperangan, seperti latihan bahasa Inggris.
Program itu terus berlanjut bahkan setelah peristiwa pembantaian di Rakhine pada 2017, yang membuat ribuan Muslim Rohingya lari ke Bangladesh.
“Asutralia telah menghentikan program latihan yang seharusnya sejak awal tak dilakukan,” kata Direktur Eksekutif Kampanye Burma, Anna Roberts.
Baca Juga: Tak Ingin Kesepian, Suami Simpan Jenazah Istrinya Selama Beberapa Tahun
“Saat ini masih ada 12 negara lagi yang bekerja sama dan melakukan pelatihan dengan militer Myanmar. Negara memberikan pelatihan kepada militer Myanmar, yang menembaki pengunjuk rasa damai,” tambahnya.
Ke-12 negara yang masih menjalin kerja sama dengan militer Myanmar, termasuk China, India, Pakistan dan Ukraina.
Kampanye Burma pun menyerukan untuk sepenuhnya mengembargo senjata dari negara tersebut.
Kondisi di Myanmar sendiri saat ini semakin mencekam, dan dilaporkan lebih dari 50 demonstran penentang kudeta telah tewas karena kekerasan polisi dan tentara.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.