NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Para demonstran antikudeta Myanmar melakukan cara unik dalam menghadapi tentara dan polisi yang berada di bawah junta militer.
Demonstran menggantungkan pakaian dalam wanita dengan garis lurus untuk menghalau para polisi dan tentara.
Tindakan tersebut dilakukan pada unjuk rasa yang dilakukan di Yangon, Sabtu (6/3/2021).
Baca Juga: Mengerikan, Ratusan Buaya Ganas Kabur dari Tempat Penangkaran
Hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan di Myanmar, bahwa melewati bawah pakaian yang digantung akan memberikan nasib buruk untuk pria.
Selain itu, melewati bagian bawah pakaian dalam wanita juga diyakini bisa melemahkan para pria.
Selain pakaian dalam wanita, para demonstran juga menggantungkan kain pembungkus bawah badan untuk perempuan, atau longyi.
Baca Juga: Berkunjung ke Irak, Paus Fransiskus Cela Ekstrimisme sebagai Pengkhianatan pada Agama
“Alasan kami menggantungkan longyi dan pakaian sepanjang jalan adalah karena kepercayaan tradisional bahwa jika melewati bagian bawahnya, kami akan terkena kutukan,” ujar salah seorang demonstran kepada Reuters.
“Generasi muda saat ini sudah tak percaya lagi, tetapi tentara masih percaya hal tersebut, dan menjadi salah satu kelemahannya. Jadi, kami mungkin bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari ketika mereka mendatangi kami,” tambahnya.
Pada video di media sosial terlihat para polisi menurunkan pakaian tersebut sebelum kemudian melewatinya.
Baca Juga: Terjadi Kudeta Militer, Ini Sejarah Negara Myanmar yang Dulunya Bernama Burma
Setelah lebih dari sebulan kudeta Myanmar dilakukan oleh junta militer, hingga saat ini demonstrasi yang menolaknya belum berakhir.
Saat ini tercatat, lebih dari 50 demonstran terbunuh setelah junta militer mengambil langkah keras menghadapi mereka.
Meski telah mencoba merintangi polisi dan tentara dengan pakaian dalam wanita, mereka tetap ditembakki dengan gas air mata, oeluru karet dan granat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.