JAKARTA, KOMPAS.TV - Roy Suryo akui merasakan adanya gonjang-ganjing di internal partai Demokrat sejak lama sebelum akhirnya mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini melepas seluruh jabatan dari kepengurusan partai.
Ia mengatakan, dualisme kepemimpinan di Partai Demokrat mulai terasa dan kini mimpi buruk itu terjadi dengan munculnya salah satu kubu yang mencoba menggoyang pimpinan partai saat ini.
"De javu sedang berlangsung di Deli Serdang. Sebagai alumnus partai Demokrat yang mundur secara konstitusional, bukan jebolan, apalagi pecatan saya sangat menyayangkan pemerintah melakukan pembiaran terhadap kegiatan ini," kata Roy Suryo saat dihubungi Tribunjogja, Jumat (5/3/2021)
Dirinya meminta pemerintah segera mengambil tindakan, lantaran Roy Suryo menilai KLB yang digelar oleh sebagian simpatisan partai banyak yang mengabaikan protokol kesehatan (prokes).
"Itu tampak kerumunan yang mengabaikan prokes," tegasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, De Javu yang dimaksud olehnya yakni Roy Suryo mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa kudeta yang dialami oleh ketua PDIP Megawati Soekarno Putri.
Peristiwa itu terjadi pada Maret 2013. Saat itu Megawati terus didesak oleh kader-kadernnya, bahkan dikhianati oleh sejumlah pengurus PDIP.
Saat itu kubu Yusuf Merukh membentuk PDIP resuffle yang dibiarkan pemerintah, dan terjadilah kongres seperti halnya yang dilakukan oleh kader-kader Demokrat saat ini.
"Ini sama seperti delapan tahun lalu. Ini kok terasa De Javu," terang pria yang mengundurkan diri sebagai kader Demokrat Maret tahun lalu ini.
Ditanya apakah dirinya akan merapat ke kubu KLB partai Demokrat, dengan selorohnya Roy Suryo mengatakan dirinya ingin kembali fokus sebagai ahli telematika.
"Saya kembali jadi pemerhati telematika dan multimedia kok," pungkasnya
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.